Siapa yang tidak kenal dengan Palembang? Selain dikenal karena makanan khasnya, kota ini juga dikenal karena menjadi salah satu kota yang telah sukses menjadi tuan rumah beberapa event olahraga tingkat nasional & multinasional di Indonesia. Kini Palembang sedang bersiap & mempercantik diri untuk menghelat event olahraga terbesar di asia, yaitu Asian Games 2018.
Namun, dibalik kemasyuran nama Palembang saat ini, masih banyak orang yang belum mengetahui asal usul nama kota tertua di Indonesia ini. Berdasarkan beberapa sumber, terdapat dua istilah yang disebut menjadi asal-usul serapan nama Palembang. Dua istilah tersebut adalah “Pa-Lembang” dan “Po-Lin-Fong”.
Istilah “Pa-Lembang” berasal dari orang-orang melayu untuk menyebut nama Palembang pada zaman dahulu. Palembang mendapatkan sebutan ini karena beberapa daerahnya pada zaman dahulu masih berupa rawa. Dalam bahasa melayu kuno, “Pa” memiliki arti tempat sedangkan “Lembang” memiliki arti tanah yang rendah atau lembah. Sekedar informasi, Kota Palembang memiliki 52,24% daerah yang tergenang oleh air (BPS, 2010).
Sedangkan istilah “Po-Lin-Fong” dikenalkan oleh kronik-kronik tiongkok seperti Chu-fan-chi, karya Con-ju-han (1255); Toa-I Chi lio, karya Wang Tu-huan (1349-1350) dan Ying-Ysi Shueng Lan, Ma Huan (1416). Kronik-kronik tersebut berisikan mengenai cerita-cerita pelayaran para saudagar tiongkok dalam perjalanannya untuk berdagang. Para saudagar tiongkok ini menggunakan istilah “Po-Lin-Fong” untuk menunjukan daerah sepanjang sungai musi / kota palembang.
Lalu dari kedua istilah tersebut, istilah manakah yang digunakan menjadi nama kota Palembang saat ini? menurut website resmi Pemerintah Kota Palembang, “Pa-Lembang” menjadi istilah yang pertama kali digunakan untuk menyebut daerah Palembang. Sedangkan “Po-Lin-Fong” merupakan kalimat serapan yang digunakan oleh para saudagar tiongkok untuk menyebut “Pa-Lembang” dalam naskah-naskah kroniknya.
Sumber : https://srivijaya.id/2018/03/26/asal-usul-palembang-pa-lembang-atau-pa-ling-fong
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...