Asal Usul Nasi Megono
Megono adalah makanan khas dari kota kecil di Jawa Tengah, yakni Pekalongan dan Batang. Selain terkenal dengan batiknya, nasi Megono juga cukup beken di kawasan sekitar Pekalongan dan Batang seperti macamnya nasi uduk di Jakarta/Bekasi.
Nasi megono sudah ada sejak zaman dulu, tepatnya mulai dari sekitar tahun 1936 hingga sekarang. Makanan ini merupakan salah satu makanan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun dan dijaga kelestariannya.
Uniknya, Megono hanya dapat ditemukan di Pekalongan dan kota kecil bernama Batang saja. Sekilas, nasi Megono terlihat seperti urap tetapi bahan isinya bukanlah sayuran melainkan nangka muda yang dipotong / dicacah kecil-kecil.
Bumbu Megono sendiri terdiri dari cabe, kencur, bawang merah dan putih, juga garam. Yang kemudian dicampurkan salam dan lengkuas yang disatukan dengan parutan kelapa muda. Selanjutnya, semua bahan dikukus bersamaan dengan cacahan nangka muda. Setelah matang, Megono siap dipasangkan dengan nasi hangat lengkap dengan kerupuk, gorengan, telur dadar atau juga ikan pepes.
Pada tahun 1976, nasi Megono dijual dengan harga sekitar Rp. 25 saja, dan untuk sekarang dibandrol dengan harga Rp. 3.000 – 5.000 per porsinya. Dulu Megono hanya bisa ditemukan di pagi hari, namun seiring berjalannya waktu banyak masyarakat yang turut serta melestarikan keberadaan nasi Megono, sehingga dapat ditemukan sepanjang hari sedari pagi buta hingga malam menyambut.
Ditulis oleh : Shafira Winter Pratiwi
Narasumber : Ir. Diah Winduwati
Asal Budaya : Jawa Tengah, Pekalogan dan Batang
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang