Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Barat Papua Barat
Asal Usul Danau Sentani
- 1 Oktober 2018
Pada jaman dulu orang-orang mulai exodus dari kepulauan vanuatu dan Papua New Guinea menuju wilayah Jayapura, Sentani dan lainnya. Sebelum mereka exodus, mereka semua berkumpul di daerah perbatasan RI-PNG. Ada sebuah tempat antara kampung Wutung PNG dan perbatasan RI-PNG yang menjadi tempat tinggal sementara semua orang yang akan exodus ke arah barat yaitu masuk wilayah Jayapura, Sentani dan wilayah-wilayah lainnya. Konon cerita, waktu itu mereka sudah punya satu pemimpin kelompok yang di kenal dengan sebutan Ondoafi atau kepala adat yang membawahi seluruh masyarakat tersebut.
 
Sebuah tradisi yang dimiliki oleh kelompok masyarakat ini adalah biasanya menjelang bulan purnama, mereka mengadakan dansa adat dengan maksud mengadakan penyembahan kepada dewa yang mereka kenal. Pelaksanaan dansa adat ini dipersiapkan dengan baik dan akan dilaksanakan selama sebulan. Untuk itu, segala sesuatu disiapkan, seperti tempat, hewan seperti babi untuk korban penyembahan dan untuk bahan makan, juga ubi-ubian, pisang, sagu dan sebagainya.
 
Ketika saat bulan purnama tiba, Ondoafi memerintahkan semua orang wajib menggunakan burung cenderawasih di kepalanya masing-masing tanpa kecuali. Saat itu anak perempuan dari Ondoafi tersebut tidak memiliki burung cenderawasih tersebut. Di sekitar Wutung ada satu tempat keramat yang penuh dengan burung cenderawsih. Tidak sembarang orang dapat mengambil burung cenderawasih di situ. Siapa yang mengambil tanpa ijin akan kena kutuk. Jadi, harus ada ijin kepada tuan tanah atau penunggu tempat keramat tersebut baru bisa diambil burung cenderawasihnya. Ternyata anak perempuan Ondoafi ini menyuruh orang mengambil salah satu burung cenderawasih tanpa ijin.
Ketika acara dansa adat dilaksanakan, keluarlah seekor ular raksasa dan memalang tempat dimana acara dansa adat ini dilaksanakan. Melihat itu, Ondoafi mengumpulkan tua-tua adatnya untuk coba mengusir ular raksasa itu dengan segala macam cara. Hal itu sudah dilakukan, tetapi ular itu tidak bergerak sedikitpun meninggalkan tempat itu. Segala macam sajian sudah di sajikan kepada ular itu, tetapi ular raksasa itu tidak mempedulikan dengan semua yang sudah diperbuat baginya.
 
Melihat kondisi ini yang berlarut-larut sehingga mereka tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk mengusir ular tersebut. Di dalam putus asa itu Ondoafi memanggil lagi para tua-tua adat dan memerintahkan mereka untuk mencari tahu apa sebabnya ular ini membatalkan pesta adat mereka dan tidak mau pergi dari tempat mereka tinggal. Setelah sekian lama diselidiki, mereka menemukan jawabannya. Mereka mengingat akan tempat keramat yang banyak burung cenderawasih. Akhirnya diadakan pemeriksaan terhadap semua orang tentang siapa yang memiliki burung cenderwasih untuk dansa tetapi masih dalam kondisi berdarah akibat dibunuh. Setelah diperiksa akhirnya di temukan bahwa anak perempuan Ondoafi yang memakai burung cenderawasih tersebut.
 
Ular raksasa ini adalah tuan tanah penunggu hutan tempat keramat yang banyak burung cenderawasihnya. Karena burung cenderawasih diambil tanpa ijin, makanya ular raksasa ini atau tuan tanah ini minta tumbal yaitu mau memakan orang yang sudah mengambil burung cenderawsih di hutan keramat itu tanpa ijin.
 
Setelah hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Ondoafi, maka Ondoafi dengan terpaksa memerintahkan supaya anak perempuannya di berikan kepada ular raksasa itu. Akhirnya anak perempuan Ondoafi diserahkan kepada ular raksasa itu. Setelah anak perempuan ini diserahkan kepada ular, ular itupun langsung bergerak menelan anak perempuan Ondoafi ini dan kemudian bergerak pergi meninggal mereka.
Ondoafi merasa sedih dan tidak tega melihat anaknya dimakan ular raksasa tersebut, akhirnya Ondoafi memerintahkan supaya masyarakatnya mengejar dan membunuh ular tersebut. Akhirnya semua masyarakat mengambil alat-alat tajam, kampak, tombak, panah lalu mengejar ular raksasa itu. Ketika ular raksasa itu dikejar ia lari kearah barat. Masyarakat terus mengejarnya hingga bertemu di ujung kampung Puay. Di sini mereka mencoba memanahnya dan menikamnya dengan tombak. Ular ini menggeliat kesakitan sehingga mengakibat seperti galian-galian atau kolam. Ular itu melarikan diri ke arah kampung Yoka. Ketika di Yoka, masyarakat kembali menghujaninya dengan panah dan tombak. Ular itu terus merontah-rontah membalik arah ke kampung Ayapo, Asei, Netar, Ifar, Besar, Ajau, Putali, Atamali, kemudian kearah Simporo, Babrongko dan terus ke barat, ketika ular ini mengarah ke daerah Doyo Lama, di sana masyarakat menemukannya dan bertubi-tubi memanah dan menombaknya ke kepalanya. Ular raksasa ini menarik kembali kepalanya dan menuju ke arah kampung Sosiri dan Yakonde akhirnya ular itu mati di sana.
 
Waktu ular raksasa ini menggeliat karena dipanah dan ditombak masyarakat, gerakan-gerakannya itu membuat jalur dimana dia bergerak-gerak merontak karena kesakitan, gerakan-gerakan merontaknya itu menyebabkan tempat yang menjadi pelariannya itu tergali dan menjadi dalam. Ini belum ada air. Pertanyaannya adalah kalau begitu dari mana ada sumber air yang menjadikan kelukan-kelukan itu menjadi danau Sentani sekarang ini.
 
Ada kisah lain yang dapat ditarik benang merahnya. Bisa dibaca dalam tulisan dalam Blog saya mengenai Kinggai di Siklop . Jaman dulu di gunung Siklop (Cycloop) ada tempat penampungan air yang disebut Kinggai. Kinggai ini tempat dimana air terjun jatuh di dalamnya dan kemudian percikannya itu menyirami daerah sentani. Konon cerita waktu itu Sentani sangat sejuk dan sangat terasa sekali butiran-butiran airnya hingga ke seluruh wilayah Sentani. Butiran air Cycloops yang memberi kesegaran dan kesejukkan kepada manusia dan alamnya Sentani.
 
Singkat cerita, wadah penampung air terjun ini patah dan mengalir menjadi beberapa sungai atau kali. Air tumpahan dari Kinggai d Siklop inilah yang kemudian turun ke daratan rendah dan memenuhi kelukan-kelukan jalur tempat ulat raksasa ini merontah-rontah kesakitan. Akhirnya kelukan itu terisi air penuh dan terjadilah danau. Danau tanpa nama. Setelah ada penghuni kemudian danau ini dinamakan Phuyakha atau danau yang sudah ada penghuninya. Phuyaka asal kata phu + yakha. (air + terang, Nampak, kelihatan). Nama Phuykha kemudian di sebut Sentani. Akhirnya karena danau ini di huni oleh orang-phuyakha, makanya di namakan DANAU SENTANI.
 
Sumber : http://sentanifa.blogspot.com/2011/06/cerita-rakyat-terjadinya-danau-sentani.html
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gua Jepang Kaliurang
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Goa Jepang yang berada di kawasan wisata Kaliurang ini merupakan salah satu goa buatan peninggalan pada masa penjajahan Jepang. Goa yang dibangun pada tahun 1942-1945 ini merupakan tempat perlindungan tentara Jepang dari para tentara sekutu pada masa itu. Goa Jepang di Kaliurang ini memang memiliki fungsi yang berbeda dengan Goa Jepang di daerah Berbah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan bom. Goa yang terletak di Bukit Plawangan ini memiliki 25 goa buatan yang satu sama lain memiliki ruang penghubung masing-masing. Sebelum menuju goa ini, dari pintu masuk Nirmolo, pengunjung harus berjalan melalui jalan setapak terlebih dahulu kurang lebih 45 menit. Setelah sampai di area Goa Jepang, pengunjung akan dipandu oleh pemandu wisata yang akan dengan senang hati menjelaskan sejarah dan cerita mengenai goa jepang ini. Dengan dijelaskannya sejarah mengenai seluk beluk goa jepang, para pengunjung pun selain menikmati wisata sejarah, diharapkan juga mendapat pengetahuan leb...

avatar
Bernadetta Alice Caroline