Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Probolinggo
Asal-Usul Air Terjun Jaran Goyang
- 11 Juli 2018

Penggunaan nama air terjun Jaran Goyang yang terletak di desa Guyangan, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo ternyata tidak asal-asalan. Ada cerita rakyat dibalik penggunaan nama Jaran Goyang itu. Berdasarkan cerita rakyat, konon air terjun Jaran Goyang itu merupakan aliran sungai Sironjengan. Nama sebuah Guyangan itu merupakan tempat pemandian ratu. Yakni, Ratu Balgina. Untuk menuju Guyangan tersebut, Ratu Balgina mengendarai kuda dengan dikawal beberapa pengawal kepercayaannya. “Guyangan tersebut merupakan pemandian Ratu Balgina dari sebuah kerajaan di daerah lain. Nama Jaran Goyang akhirnya menjadi nama air terjun dan dusun. Sementara Guyangan menjadi nama desa ini. Kalau nama air terjun Jaran Goyang itu sudah lama sejak zaman dulu, tidak tahu ceritanya gimana,” ungkap Hasyim, Kades Guyangan.

Selain itu, di sekitar lokasi air terjun itu, juga terdapat pohon jeruk yang ada sejak puluhan tahun lalu. Konon, pohon tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pohon jeruk yang buahnya berwarna oranye itu, ditanam oleh orang-orang Belanda di sekitaran jalan menuju air terjun. “Pohon jeruk itu merupakan peninggalan zaman Belanda. Sekarang ada sekitar 7 pohon disekitar lokasi air terjun itu. Buahnya berwarna oranye,” terangnya. Di sepanjang pintu masuk hingga di sekitar lokasi air terjun ditanami sejumlah pohon. Pohon berbuah yang bisa dikonsumsi itu. Di antaranya pohon durian, alpukat, manggis, dan kelengkeng. “Pohon-pohon itu merupakan salah satu penunjang daya tarik wisata air terjun Jaran Goyang. Ribuan pohon itu ditanam sejak 2 tahun terakhir, selama dua kali. Sekarang pohonpohon berbuah itu tumbuh subur, sebagian di antaranya mulai berbuah,” tambahnya. Hasyim mengatakan, keberadaan sejumlah jenis pohon berbuah itu, merupakan salah satu bagian proyeksi Desa Guyangan dalam mengembangkan sebuah destinasi wisata baru di desa setempat. Yakni, objek wisata air tejun yang didukung dengan agrowisatanya. Sehingga, ke depan diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. “Untuk buah durian, sudah dilakukan 2 kali penanaman. Jumlahnya kini mencapai 400 pohon. Untuk 80 pohon di antaranya sudah berbuah. Pohon durian itu, kita tanam dengan jarak masing-masing 6 meter persegi,” ujarnya. Hasyim mengatakan, selain memanfaatkan potensi desa, pembukaan wisata air terjun dan agrowisata itu, juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Salah satunya, jika sudah resmi dibuka, warga bisa membuka warung makanan, kedai kopi, dan tempat usaha lainnya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya (Disporaparbud) Kabupaten Probolinggo Sidik Widjanarko mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya pemerintah desa yang membuka akses dan memunculkan destinasi wisata air terjun baru di Kabupaten Probolinggo. “Kami memang sangat berharap dukungan semua pihak untuk memunculkan destinasi wisata baru. Kami selanjutnya yang akan mengembangkan dan mempromosikan destinasi wisata baru tersebut,” terangnya.

Sumber: https://radarbromo.jawapos.com/radarbromo/read/2017/07/20/2522/begini-asal-usul-penamaan-air-terjun-jaran-goyang

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline