Mite salah satu makanan pokok ini berasal dari suka duka keluarga yang rela berkorban di sebuah perkampungan hulu Sungai Silau, Kabupaten Asahan. Konon, perkampungan itu dihuni oleh keturunan Si Boru Deak Parujar dari salah satu kelompok marga Sumba, tepatnya rumpun marga Narasaon. Semula orang uluan ini menganut kepercayaan pelbegu. Setelah masuk agama Islam, mereka meninggalkan tradisi pelbegu dan hidup dalam tradisi budaya Melayu.
Hatta, di kampung uluan itulah mite ini bermula. Pada sebuah keluarga bahagia, sepasang suami istri dengan dua orang putrinya yang cantik, Rumbia yang sulung dan Enau yang bungsu. Setiap ada kegiatan semacam pesta adat, kedua putri ini hadir bersama orang-orang kampung dengan ditemani Serindan, putra raja kampung itu.
Pesta adat yang dilaksanakan penduduk kampung, ternyata semakin mempererat hubungan Rumbia dengan Serindan yang tampak seperti lepat dengan daun. Orang tua kedua belah pihak pun sudah sepakat menjodohkan mereka. Pernikahan mereka direncanakan orang tua setelah dilaksanakan pertunangannya. Dalam pertunangan disepakati jangka waktu pertunangan dan perkawinan adalah dua tahun. Waktu yang lama tersebut karena orang tua Serindan seorang raja dan orang tua Rumbia seorang terpandang sehingga perlu persiapan matang untuk pesta perkawinan yang meriah.
Ternyata, manusia hanya bisa merencanakan dan Yang Mahakuasa jua yang menentukan. Garis nasib percintaan Rumbia dengan Serindan telah ditentukan Tuhan. Tahun berikutnya setelah pertunangan, ternyata terjadi kemarau panjang. Bahkan, padi dan tanaman muda tak mau tumbuh. Hanya pohon-pohon besar yang mampu bertahan. Konon, menurut ahli nujum dan para datu, kemarau panjang yang membuat bencana kelaparan itu hanya dapat diatasi apabila ada yang rela berkorban. Seorang gadis harus bersemedi di dalam gua untuk mendapat petunjuk. Petunjuk itu harus dilaksanakan dan tidak boleh diceritakan pada orang lain, kecuali pada datu. Di luar hanya boleh dijaga satu orang saja.
Lalu, raja mengumumkan hasil pernujuman para datu itu. Raja meminta rakyat mengadakan musyawarah bersama keluarganya. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Ada yang takut meninggalkan keluarga dan ada pula yang rela tetapi tidak disetujui orang tuanya. Walhasil, hingga waktu yang ditentukan habis ternyata tidak ada yang mau berkorban. Tanpa diduga, pada suasana yang menegangkan itu tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran gadis cantik, “Bapak datu yang mulia, saya, Rumbia rela berkorban untuk kepentingan orang banyak”. Belum sempat orang bingung melihat keberanian Rumbia, terdengar pula suara Serindan, “Saya, Serindan siap berkorban untuk mengatasi bencana kelaparan. Izinkan saya mengawal Rumbia”.
Begitulah pertunangan Rumbia dan Serindan. Pada hari yang ditentukan datu, Rumbia bersemedi di dalam gua dan Serindan tinggal di luar gua sambil memanjat dan memakan buah langsat. Tepat tengah malam, gua terang benderang dan seorang kakek datang memberi petunjuk. Namun, bencana belum usai, Rumbia diminta sang kakek dan datu untuk bersemedi lagi dengan dikawal Sarindan di dekat pohon beringin utara kampung itu. Rumbia dan Serindan menerima petun juk itu dengan berbesar hati.
Setelah tengah malam, keajaiban pun muncul. Rumbia perlahan-lahan berubah menjadi pohon besar sebangsa pohon palem. Orang-orang kampung terkejut karena tidak menemukan Rumbia. Namun mereka lebih terkejut lagi ketika mendengar suara Rumbia hadir dengan sebuah bayangan putih dari sebuah pohon besar di tengah hujan gerimis.
“Adikku Enau, Ayah, Ibu, Serindan, dan saudara-saudaraku. Pohon besar ini adalah penjelmaanku. Ini kehendak Yang Mahakuasa. Petang nanti tebanglah pohon ini. Potong-potong sepanjang sedepa dan belah menjadi empat. Di dalamnya terdapat pulur putih yang harus diparut dan ditumbuk sampai halus. Kemudian masukkan dalam air dan injak-injak sampai tepung terpisah dengan serat. Buang seratnya dan biarkan tepung mengendap sampai air menjadi bening. Ambil tepungnya, jemur di atas tikar, sesudah kering dapat dimasak menjadi nasi atau roti. Pergunakan tepung sagu itu menjadi pengganti nasi. Tiap-tiap orang harus mengambil anak pohon ini dan tanamlah di tanah masing-masing”.
Demikianlah asal mula sagu sebagai makanan pokok pengganti nasi. Konon, Serindan tetap bermukim di atas pohon langsat dan suka menggigit batang pohon itu bila lapar. Serindan pun jadi benalu yang daunnya dapat dijadikan obat mujarab bagi penyakit yang sulit sembuh. Akan halnya dengan Enau, adik Rumbia, pun berubah menjadi pohon enau yang berguna untuk menghidupi umat manusia.
Sumber: http://balaibahasa-sumut.com/index.php/produk/ensiklopedia-sastra/cerita-rakyat.html
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...