Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Banten Banten
Asal Mula Rawa Danau
- 23 November 2018

Tersebutlah seorang ulama dari Negeri Arab bernama Syekh Muhidin. Ia dikirim dari Negeri Arab ke Negeri Jawa untuk menyebarluaskan agama Islam, dengan menaiki perahu, tibalah Syekh Muhidin di Bulakan, daerah Cisalak, Pulau Jawa. Ketika ia tiba bersamaan dengan tibanya waktu Dhuhur. Syekh Muhidin lalu mengerjakan salat.

Tanpa disadari Syekh Muhidin, empat puluh penduduk Bulakan memperhatikan gerak-geriknya. Sembahyang yang dilakukan Syekh Muhidin membuat mereka keheranan. Namun mereka hanya memperhatikan saja.

Setelah mengerjakan salat, Syekh Muhidin lantas meninggalkan daerah itu. Tas bawaannya tertinggal. Empat puluh penduduk Bulakan lalu mendatangi tas itu. Mereka tertarik untuk mengetahui isi tas orang asing itu. Ketika mereka membukanya, mereka mendapati biji-bijian tanaman di dalamnya. Mereka lantas menyebarkan biji-bijian itu. Keajaiban pun terjadi. Seketika biji- bijian itu disebarkan di tanah, tumbuhlah pohon- pohon. Cepat sekali pohon-pohon itu tumbuh hingga dalam waktu sekejap itu pohon-pohon itu telah berbuah.

Tidak ada seorang pun penduduk Bulakan itu yang mengetahui pohon apakah yang cepat tumbuh dan berbuah itu. Mereka tidak berani memakan buah-buah dari aneka pohon itu dan bahkan tidak tahu bagaimana cara memakannya. Empat puluh penduduk Bulakan itu lantas bersepakat mencari orang asing itu untuk bertanya perihal buah-buah aneh itu. Syekh Muhidin mereka temukan di tepi laut di daerah Cikonang.

“Maaf,” salah seorang penduduk Bulakan itu bertanya, “Siapakah Tuan ini?”

“Nama saya Syekh Muhidin. Saya berasal dari Negeri Arab. Kedatangan saya ke daerah ini untuk menyebarluaskan agama Islam,” jawab Syekh Muhidin.

Penduduk Bulakan itu lantas menjelaskan adanya bibit-bibit tanaman yang terdapat di dalam tas Syekh Muhidin yang telah mereka sebarkan hingga menjadi aneka pohon yang telah berbuah. “Pohon apakah itu dan bagaimana cara memakan buahnya?”

Syekh Muhidin bersedia menjawab pertanyaan itu asalkan para penduduk Bulakan itu bersedia masuk agama Islam. Empat puluh penduduk Bulakan itu menyatakan kesediaannya untuk memeluk agama Islam. Syekh Muhidin lantas mengislamkan mereka dan menjadikan mereka selaku murid-muridnya. Syekh Muhidin menjelaskan aneka pohon berikut cara memakannya.

Syekh Muhidin lantas mengajak murid- muridnya itu untuk mendirikan masjid. Dengan bekerja keras dan bergotong royong, masjid itu pun akhirnya berdiri. Masjid itu berbentuk panggung. Dindingnya terbuat dari kayu dan bambu, sementara atapnya terbuat dari daun kirai.

Di masjid itu Syekh Muhidin mengajarkan agama Islam kepada murid-muridnya. Mereka juga melaksanakan salat berjama’ah, termasuk melaksanakan salat Jum’at.

Ketika hendak melaksanakan salat Jum’at itulah Syekh Muhidin mendadak ingin buang air kecil. Ia lantas buang air kecil di dalam batok kelapa. Diletakkannya batok kelapa beriSi air seninya itu di atas balai bambu. Ia lalu kembali ke dalam masjid setelah berwudhu.

Ketika Syekh Muhidin memimpin salat Jum’at, seekor babi hutan betina lewat di tempat balai bambu dan kemudian meminum air seni Syekh Muhidin. Terperanjatlah Syekh Muhidin ketika mendapati batok kelapa tempatnya menyimpan air seninya itu telah kosong seusai melaksanakan salat Jum’at.

Waktu terus berlalu. Sembilan bulan kemudian telah terlewati. Ketika salat Jum’at selesai dilaksanakan, mendadak Syekh Muhidin dan jama’ah masjid mendengar tangis bayi. Mereka bergegas mencari dan menemukan bayi itu berada di kolong masjid di bagian pengimaman. Kegemparan pun terjadi, mereka bertanya-tanya perihal bayi perempuan siapakah yang berada di kolong masjid itu?

Anak-anak yang tengah bermain di depan masjid lantas bercerita, bahwa bayi perempuan itu diletakkan oleh seekor babi hutan di bawah kolong masjid. Orang-orang akhirnya mengambil bayi itu dan merawatnya bersama secara bergiliran. Dalam perawatan orang-orang, bayi itu terus tumbuh membesar hingga ia bisa merangkak kemudian. Orang-orang tetap penasaran, siapa sesungguhnya ayah dari anak perempuan tersebut. Juga perihal nama yang paling pantas untuk Si anak perempuan. Mereka lantas mengungkapkannya kepada Syekh Muhidin.

Syekh Muhidin menyarankan agar masing- masing mereka membuat berbagai jenis kue. Katanya, “Kue siapa yang pertama kali dimakan anak itu akan menjadi ayahnya. Ia berhak pula memberinya nama.”

Segenap murid Syekh Muhidin menyetujui saran Syekh Muhidin.

Segenap murid Syekh Muhidin lantas membuat aneka kue. Masing-masing kue buatan mereka berbeda-beda, baikjenis, bahan, maupun warnanya. Masing-masing membuat kue semenarik mungkin untuk menarik perhatian anak perempuan kecil itu. Masing-masing dari mereka ingin menjadi ayah angkat anak perempuan itu. Berbeda dengan sekalian muridnya, Syekh Muhidin membuat kue dari dedak halus. Tidak pula dibuatnya semenarik mungkin agar terpilih Si anak perempuan. Tampaknya, Syekh Muhidin tidak berminat menjadi ayah angkat anak perempuan itu. Masing-masing kue dijajarkan dan Si anak perempuan yang baru bisa merangkak itu diminta untuk memilih. Sangat mengejutkan, Si anak perempuan ternyata memilih kue buatan Syekh Muhidin.

Syekh Muhidin akhirnya menyadari, Si anak perempuan itu sebenarnya anaknya. Ia bermula dari air seni yang ditampungnya di dalam batok kelapa yang diminum babi hutan betina. Syekh Muhidin lantas memberi nama anak itu Nyi Hartati.

Beberapa tahun kemudian terlewati. Syekh Muhidin tetap mengajarkan ajaran agama Islam kepada empat puluh muridnya itu. Ia juga mendidik Nyi Hartati agar menjadi anak salehah. Hingga suatu hari ia mengundang seluruh muridnya dan menyatakan hendak kembali ke Negeri Arab. Ia berpesan kepada seluruh muridnya itu untuk tetap menjalankan ajaran agama Islam seperti yang telah diajarkannya. Ia juga menitipkan Nyi Hartati kepada mereka, “Didik dan asuhlah anakku itu dengan sebaik-baiknya. Jadikan ia seorang yang taat pada ajaran Islam.”

Selesai berpesan, Syekh Muhidin lantas meninggalkan Nyi Hartati dan empat puluh muridnya itu. Kepulangannya ke Negeri Arab diiringi keharuan dan kesedihan Nyi Hartati dan empat puluh muridnya.

Waktu kembali berlalu. Nyi Hartati telah tumbuh menjadi seorang gadis yang amat jelita parasnya. Serasa tak terbilang banyaknya pemuda yang mengimpikan dapat menyuntingnya.

Syahdan pada suatu hari orang-orang menemukan sebuah jamur yang tumbuh di kolong masjid. Jamur yang aneh. Tidak hanya bentuknya yang besar, batangnya juga terlihat sangat kokoh. Beberapa orang mencoba mencabut, namun jamur besar itu tetap tidak tercabut. Orang-orang menjadi penasaran. Mereka mencoba menebang batang jamur tersebut. Namun, jamur itu tetap utuh tanpa terluka sedikit pun. Pisau, golok, pedang, dan aneka senjata tajam lainnya tidak mampu menciderainya meski ditebaskan sekuat tenaga dan berulang-ulang.

Orang-orang menjadi keheranan dan juga cemas. Menurut mereka, jika jamur itu terus tumbuh membesar niscaya akan merobohkan masjid. Seketika terbayang mereka pada Syekh Muhidin, mereka pun segera menghubungi Nyi Hartati. Mereka jelaskan perihal tumbuhnya jamur aneh di tempat Nyi Hartati dahulu diketemukan ketika masih bayi.

“Jika kita biarkan, jamur itu akan terus membesar dan bisa jadi masjid kita akan roboh jika jamur itu telah tumbuh membesar. Oleh karena itu, tolonglah Nyi, barangkali jamur aneh itu akan tercabut jika engkau yang mencabutnya,” pinta mereka.

Nyi Hartati lantas menuju kolong masjid untuk melihat jamur aneh yang diributkan murid-murid ayahandanya itu. Setelah mengamati, Nyi Hartati pun berujar, “Aku bersedia mencabut jamur itu asalkan kalian membuatkan aku sebuah perahu.”

Empat puluh murid Syekh Muhidin itu lantas bekerja sama bahu-membahu membuat perahu yang diminta Nyi Hartati. Tak berapa lama perahu itu pun telah jadi. Kebetulan hari itu hari Jum’at. Selesai membuat perahu, empat puluh murid Syekh Muhidin itu lalu melaksanakan salat Jum’at. Ketika mereka melaksanakan salat Jum’at itulah Nyi Hartati mencabut jamur aneh. Sangat mengherankan, jamur itu sangat mudah dicabut Nyi Hartati.

Keanehan pun terjadi. Seketika jamur itu dicabut Nyi Hartati, dari tempat tumbuhnya jamur itu mendadak memancar air yang sangat deras. Begitu derasnya air yang memancar tersebut hingga daerah itu langsung terbenam. Masjid berikut empat puluh murid Syekh Muhidin tenggelam.

Daerah itu pun berubah menjadi sebuah danau. Orang-orang pun menyebutnya Rawa danau. Adapun empat puluh murid Syekh Muhidin kemudian menjelma menjadi buaya-buaya yang diyakini masyarakat menjadi penunggu Rawa danau.

 

 KITA HENDAKNYA MEMERCAYAI SEPENUHNYA TAKDIR YANG TELAH DITETAPKAN TUHAN. BETAPA PUN KITA BERUSAHA MENGHINDAR, NISCAYA TAKDIR TUHAN AKAN TETAP TERJADI PADA DIRI KITA. 

 

Sumber: https://dongengceritaanak.com/category/cerita-rakyat/banten/

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel