×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Kota Salatiga

Asal Mula Nama Kota Salatiga, Jawa Tengah

Tanggal 19 Jan 2017 oleh Bangindsoft . Revisi 5 oleh Bangindsoft pada 24 Sep 2024.

Asal Mula nama Kota Salatiga, Jawa Tengah, terkait dengan Ki Ageng Pandanaran yang dahulu menjadi Bupati Semarang. Pada masa Kesultanan Demak masih berkuasa di Jawa Tengah dahulu, Kabupaten Semarang termasuk dalam wilayah kesultanan. Kabupaten Semarang dipimpin oleh Ki Ageng Pandanaran. Ki Ageng Pandanaran merupakan seorang saudagar kaya raya. Namun seiring berjalannya waktu, Ki Ageng Pandanaran malah sibuk memperkaya dirinya sendiri, sampai melupakan kesejahteraan rakyatnya.
 
Menurut cerita, Sunan Kalijaga saat itu merupakan penasehat Sultan Demak. Ia bermaksud mengingatkan Ki Ageng Pandanaran dengan cara menyamar menjadi seorang penjual rumput. Suatu ketika, Sunan Kalijaga mendatangi Ki Ageng Pandanaran. Ia berpura-pura menawarkan rumput. Ki Ageng setuju membeli rumput tersebut tapi dengan harga murah. Sunan Kalijaga menolaknya dengan alasan harganya terlalu murah.
Ki Ageng Pandanaran tidak terima. Ia merasa tersinggung dengan penolakan Sunan Kalijaga. Ia sangat marah kemudian mengusir Sunan Kalijaga. Sebelum pergi, Sunan Kalijaga berkata pada Ki Ageng Pandanaran bahwa ada cara lebih baik untuk mencari kekayaan daripada menimbun harta yang seharusnya menjadi hak rakyat.
“Wahai Pak Bupati terhormat, daripada menimbun harta milik rakyat, ada cara lain lebih terhormat untuk mencari harta kekayaan.” kata Sunan Kalijaga.
“Memangnya siapakah kamu? Sampai berani menceramahiku?” kata Bupati Semarang.
“Pinjami saya cangkul untuk menunjukkan cara mencari harta.” jawab Sunan Kalijaga.
Ki Ageng Pandanaran kemudian memberikan cangkul pada Sunan Kalijaga. Segera Sunan Kalijaga mencangkul tanah di depannya. “Prak.” terdengar suara cangkul mengenai sebuah benda keras. Setelah benda itu diambil, ternyata itu adalah bongkahan emas. Ki Ageng Pandanaran merasa kaget menyaksikan kejadian tersebut. Ia kemudian melihat baik-baik wajah si penjual rumput. Ia berusaha menebak-nebak siapa sebenarnya si penjual rumput. Setelah mengamati agak lama, Ki Ageng tersentak kaget ketika menyadari bahwa si penjual rumput adalah Sunan Kalijaga. Segera ia bersimpuh meminta maaf pada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga dengan bijaksana memaafkannya. Ia meminta beliau agar kembali memimpin Kabupaten Semarang dengan benar. Sunan Kalijaga kemudian meninggalkan Ki Ageng Pandanaran.
Sepeninggal kejadian tersebut, Ki Ageng menjadi merasa bersalah. Ia sangat malu telah menumpuk kekayaan dengan jalan tidak benar. Ia kemudian memutuskan melepaskan jabatannya sebagai Bupati Semarang. Untuk menebus kesalahannya, Ia akan mengikuti jejak Sunan Kalijaga menjadi seorang penyiar agama dengan mendirikan sebuah pondok pesantren di Gunung Jabaikat.
Nyai Ageng yang mengetahui rencana suaminya, menyatakan akan mengikuti jejak Ki Ageng. Ki Ageng Pandanaran menyetujui keinginan Nyai Ageng dengan syarat tidak boleh membawa harta benda.
Tibalah saat keberangkatan Ki Ageng dan Nyai Ageng ke Gunung Jabaikat untuk membangun pondok pesantren. Sebelum berangkat, Nyai Ageng sibuk mengumpulkan perhiasan untuk ia bawa. Ia menyimpannya ke dalam tongkat bambu. Karena menunggu lama, akhirnya Ki Ageng Pandanaran berangkat terlebih dahulu ke Gunung Jabaikat.
Tidak lama kemudian, setelah selesai mengumpulkan perhiasan untuk dibawa ke Gunung Jabaikat, Nyai Ageng segera berangkat menyusul Ki Ageng Pandanaran. Tapi sial, di tengah perjalanan muncul tiga orang perampok memaksanya untuk menyerahkan semua perhiasan dalam tongkat bambu yang dibawa oleh Nyai Ageng. Karena tidak mempunyai pilihan lain, Nyai Ageng pun menyerahkan semua perhiasan yang ia bawa kepada paraperampok. Ia segera bergegas pergi menyusul suaminya di Gunung Jabaikat.
Sesampainya di Gunung Jabaikat, Nyai Ageng segera menceritakan perampokan yang dialaminya. Ki Ageng Pandanaran kemudian menasehati istrinya agar jangan terlalu serakah dengan harta. Ia meminta istrinya menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran. Ki Ageng kemudian mengatakan bahwa di tempat istrinya dihadang oleh ketiga perampok tersebut kelak akan bernama Salatiga, yang berarti tiga orang bersalah.

Baca juga The Origin of Salatiga

DISKUSI


TERBARU


Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional resmi acara kenegaraan yang memperlihatkan ketangkasan prajurit menggunakan tombak.

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...