|
|
|
|
Arya Penangsang Tanggal 10 Oct 2014 oleh Oase . |
Arya penangsang lahir di Demak Bintara. Bapaknya bernama Suryawiyata atau Raden Kikin atau bisa disebut juga Pangeran Sekar. Sebelum Arya Penangsang lahir, terjadi gejolak politik di Demak Bintara yaitu perebutan kekuasaan. Sebelumnya, Demak Bintara dipimpin oleh Raden Patah. Raden Patah mempunyai anak yaitu yang pertama Pangeran Pati Unus (oleh orang portugis), yang kedua Suryawiyata, dan yang ketiga Sultan Trenggana. Setelah Raden Patah meninggal, seharusnya tahta dipimpin oleh anak yang pertama. Namun, karena Pangeran Pati Unus meninggal di malaka setelah melawan portugis, Seharusnya tahta jatuh ke tangan Suryawiyata anak yang kedua. Tetapi tidak tau para Sunan, bagaimana keputusannya. Mungkin karena ada gejolak politik perebutan kekuasaan.
Akhirnya Sunan Bonang membuat sayembara, “ siapa yang berhasil menduduki kursi Raden patah, maka dialah yang akan menjadi raja”. Dan akhirnya Sultan Trenggana yang berhasil menduduki kursi Raden Patah. Melihat Sultan Trenggana berhasil menduduki kursi Raden Patah, Suryawiyata tidak terima. Karena seharusnya yang menduduki kursi Raden Patah adalah beliau. Dan akhirnya, Suryawiyata meminta tusuk konde Ibu Nyai Sunan Kudus untuk di jadikan pusaka. Dan pusaka tersebut diberi nama Kyai Brongot Setan Kober. Pusaka tersebut digunakan untuk membunuh Sultan Trenggana.
Sultan Trenggana mempunyai anak yaitu Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Sunan Mukmin mengetahui kalau Sunan Trenggana akan dibunuh. Kemudian Sunan Mukmin ingin mencuri pusaka Kyai Brongot Setan Kober. Pusaka tersebut disimpan oleh Ibu Nyai Sunan Kudus. Lalu Sunan Mukmin (Sunan Prawata) berpura-pura mencintai Ibu Nyai Sunan Kudus agar bisa mencuri pusaka tersebut. Ibu Nyai Sunan Kudus di ajak selingkuh. Kemudian Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menanyakan dimana pusaka tersebut disimpan. Ibu Nyai Sunan Kudus pun memberitahu dimana ia menyimpannya. Setelah mengetahuinya, diambillah pusaka itu oleh Sunan Mukmin. Setelah mendapatkan pusaka tersebut, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) pun berangkat untuk membunuh Suryawiyata/Pangeran Sekar setelah shalat jum’at. Sebelum membunuh Suryawiyata, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) sudah diberitahu, kalau membunuh Suryawiyata jangan sampai mengenai istrinya. Karena istri Suryawiyata sedang mengandung Arya Penangsang. Kejadian pembunuhan terjadi di dekat sungai/kali. Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menusuk Suryawiyata dari belakang, dan darahnya moncrat mengenai mata Sunan Mukmin (Sunan Prawata) dan matanya menjadi remang-remang sehingga Sunan Mukmin (Sunan Prawata) menjadi buta.
Ketika ditusuk, Suryawiyata bersama dengan istrinya dan memeluk istrinya. Sehingga tembus mengenai istrinya. Lalu Suryawiyata dan Istrinya meninggal. Sebelum meninggal istri Suryawiyata sempat lari dan bertemu dengan Sunan Kudus. Ketika itu istri Suryawiyata mau melahirkan. Sebelumnya, istri Suryawiyata menceritakan semua kejadian itu kepada Sunan Kudus. Setelah itu Arya Penangsang lahir. Ketika Arya Penangsang lahir, ari-arinya masih melekat pada tubuhnya dan belum dipotong. Lalu Arya Penangsang dibawa lari oleh Sunan Kudus ke Jipang. Sebelumnya, Raden Patah (kakek Arya Penangsang) adalah menantu Bupati Jipang. Arya Penangsang di Jipang menduduki sebagai eyang buyut dari Raden Patah. Ketika itu Arya Penangsang masih kecil. Sebelum Arya Penangsang dewasa, pemerintahan kekuasaan dipegang oleh Patih Mantahun. Di Jipang, Arya Penangsang di asuh oleh Mbok Ban Agung. Lambat laun Arya Penangsang tumbuh menjadi dewasa. Setelah dewasa, Arya Penangsang diceritakan oleh Sunan Kudus semua tentang kejadian yang menimpa kedua orang tuanya sebelum dia lahir. Sebenarnya Arya Penangsang adalah anak yang alim dan sopan. Lalu setelah mendengar cerita dari Sunan Kudus, Arya Penansang menjadi panas dan menjadi anak yang pendendam.
Kemudian pada suatu malam, Arya Penangsang mengirim pasukan sureng yang dipimpin oleh Rangkud untuk pergi ke Demak dan membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Ketika sampai disana, terjadilah perang dan pasukan sureng yang dipimpin oleh Rangkud berhasil membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Sebelum meninggal, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) sempat membunuh Rangkud. Jadi, Sunan Mukmin (Sunan Prawata) mati Rangkud pun juga ikut mati karena dibunuh oleh Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Setelah Sunan Mukmin (Sunan Prawata) mati, Ratu Kalinyamat adik Sunan Mukmin (Sunan Prawata) lari ke Gunung Danaraja, Jepara. Ratu kalinyamat juga mempunyai dendam dengan Arya Penangsang karena telah membunuh Sunan Prawata. Ratu Kalinyamat lalu bertapa tanpa busana di Gunung Danaraja. Dan dia tidak akan turun, sebelum dia mandi darahnya Arya Penangsang. Setelah Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Mukmin (Sunan Prawata), karena disitu ada persaingan politik antara Jipang dan Pajang untuk merebutkan kekuasaan Demak Bintara. Sebelumnya Arya Penangsang berada di Blambangan Lasem Tuban, sebelum memimpin Jipang.
Setelah Sunan Mukmin meninggal timbul dendam. Karena Sunan Kudus mempunyai murid lain yaitu Adipati Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir/Mas Karebet) yang merupakan menantu Sultan Trenggana dan seorang Bupati di Pajang. Adipati Sultan Hadiwijaya mempunyai anak angkat yaitu Danang Sutawijaya (anak daripada Pamanahan), Pamanahan adik ipar daripada Ki Juru Martani. Setelah itu terjadi geolak politik perebutan kekuasaan Demak Bintara dan saling beradu ilmu. Sunan Kudus mempunyai murid kesayangan yaitu Arya Penangsang, karena tau sejarahnya. Adipati Sultan Hadiwijaya perang melawan Arya Penangsang dan saling beradu ilmu untuk merebutkan kekuasaan Demak Bintara. Setalah terjadi gejolak politik, dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Sultan Hadiwijaya mampir singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Sebelum sampai di tempat Ratu kalinyamat bertapa, Adipati Sultan Hadiwijaya berganti pakaian rakyat biasa untuk menyamar supaya tidak diketahui oleh orang-orang Jipang. Adipati Sultan Hadiwijaya berserta Ki Ageng Pamanahan dan prajurit yang sudah dipilih berangkat ke Gunung Danaraja untuk menemui Ratu Kalinyamat yang sedang bertapa. Mereka menyamar sebagai pedagang keliling.
Akhirnya, Adipati Sultan Hadiwijaya sampai di Gunung Danaraja. Kedatangan Adipati Sultan Hadiwijaya beserta rombongan menimbulkan kecurigaan dari beberapa prajurit Pajang yang berjaga dimulut Gua. Namun, tanpa sengaja Adipati Sultan Hadiwijaya dikenali oleh prajurit Pajang. Setelah mengetahui kalau yang menyamar itu Adipati Sultan Hadiwijaya, prajurit Pajang langsung mempersilakan masuk. Lalu Adipati Sultan Hadiwijaya segera menemui Ratu Kalinyamat. Kemudian Ratu Kalinyamat menceritakan semua kejadian yang dulu menimpa Sunan Mukmin (Sunan Prawata). Ratu Kalinyamat mendesak Adipati Sultan Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat mengaku sebagai pewaris tahta Sunan Mukmin (Sunan Prawata) dan berjanji akan memberikan Demak dan Jepara jika Adipati Sultan Hadiwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang.
Kemudian rombongan Adipati Sultan Hadiwijaya pulang ke Pajang. Adipati Sultan Hadiwijaya melakukan sayembara, “siapa yang berhasil membunuh Arya Penangsang, akan dikasih separo Bumi Pajang (sigar semongko menurut jawa)”. Ki Juru Martani dan Ki Ageng Pamanahan ikut dalam sayembara itu. Mereka menyusun siasat dan melibatkan Danang Sutawijaya (anak angkat Adipati Sultan Hadiwijaya). Dalam menyusun siasat itu mereka menggunakan kuda betina dan pusaka tombak kyai plered milik Adipati Sultan Hadiwijaya.
Arya Penangsang mengirim utusan pasukan sureng untuk membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya dengan membawa keris kyai brongot setan kober. Akan tetapi pasukan sureng tidak berhasil membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya dan kerisnya direbut oleh Adipati Sultan Hadiwijaya. Mereka malah tertangkap ketika mau membunuh Adipati Sultan Hadiwijaya. Akan tetapi, mereka tidak dihukum melainkan diberi hadiah dan disuruh kembali ke Jipang. Kemudian pulanglah para utusan Arya Penangsang ke Jipang. Lalu setelah sampai di Jipang para utusannya menghadap kepada Arya Penangsang. Para utusan tersebut mengatakan bahwa mereka tertangkap oleh Adipati Sultan Hadiwijaya pada saat mau membunuhnya, dan mereka diberi hadiah. Mendengar perkataan para utusannya itu, yang juga membawa hadiah dari Adipati Sultan Hadiwijaya, Arya Penangsang merasa tersinggung dan sangat marah.
Kemudian Adipati Sultan Hadiwijaya berniat untuk mengembalikan keris kyai brongot setan kober yang berhasil direbut dari pasukan para sureng yang diutus oleh Arya Penangsang. Sebelum Adipati Sultan Hadiwijaya datang, Sunan Kudus berkata kepada Arya Penangsang “ ngene ngger mengko yen Hadiwijaya rene, kon lenggah ing kursi ku iki (kursinya sudah diberi japa supaya Adipati Sultan Hadiwijaya apes dan kesaktiannya hilang)”. Namun, setelah Adipati Sultan Hadiwijaya sampai, malah Arya Penangsang yang duduk di kursi tersebut. Karena Arya Penangsang lupa dan menduduki kursi tersebut, kesaktian Arya Penangsang berkurang dan hilang.
Lalu untuk mengembalikan kesaktiannya, Arya Penangsang di suruh untuk berpuasa selama 40 hari tanpa makan, minum, tidak boleh melihat orang lain dan juga tidak boleh tidur. Ketika itu, Adipati Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara untuk melawan Arya Penangsang, “Barang siapa yang mampu membunuh Arya Penangsang, akan di beri hadiah tanah pati dan hutan mataram”. Ki Juru Martani, Ki Ageng Pamanahan dan adik angkatnya Ki Penjawi yang merupakan abdi dalem Adipati Sultan Hadiwijaya, ikut dalam sayembara itu. Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani menyusun siasat perang untuk melawan Arya Penangsang. Ki Juru Martani menyarankan kepada Ki Ageng Pamanhan agar membawa tombak pusaka Kyai Plered milik Adipati Sultan Hadiwijaya. Karena degan tombak itulah yang hanya mampu membunuh Arya Penangsang.
Atas saran tersebut, Ki Ageng Pamanahan memohon kepada Adipati Sultan Hadiwijaya, agar mengikut sertakan anak angkatnya yang bernama Danang Sutawijaya untuk ikut perang. Dengan begitu, pasti Adipati Sultan Hadiwijaya akan meminjamkan tombak pusaka miliknya. Kemudian Adipati Sultan Hadiwijaya setuju dan meminjamkan tombak pusakanya kepada Danang Sutanwijaya. Setelah itu, Ki Ageng Pamanahan beserta rombongannya berangkat ke Jipang. Penyarangan dipimpin oleh Ki Juru Martani. Ketika tiba di tepi sungai Bengawan Solo yang merupakan tapal batas dengan wilayah Jipang. Ki Juru Martani segera untuk menyusun siasat. Dangan Sutawijaya yang tampak berdiri disamping kuda putih yang akan ditungganginya untuk melawan Arya Penangsang. Dan di tangannya tergenggam tombak pusaka Kyai Plered yang ujungnya sudah ditutupi kain putih dan diberi rangkaian bunga melati.
Lalu di tepi sungai tampak seorang pekatik kuda yang sedang mencari rumput untuk kuda milik Araya Penangsang. Ki Juru Martani segera menangkap pekatik kuda tersebut dan memotong telinganya lalu di kalungkan surat tantangan atas nama Adipati Sultan Hadiwijaya. Kemudian si pekatik kuda di suruh segera kembali ke Jipang untuk menghadap Arya Penangsang. Pada saat itu, Arya Penangsang sedang berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Kemudian datanglah pekatik kuda tersebut dan menyerahkan surat tantangan atas nama Adipati Sultan Hadiwijaya itu kepada Arya Penangsang. Setelah membaca isi surat tantangan tersebut, Arya Penangsang langsung menggebrak meja. Lalu segera mengenakan pakaian perang dan membawa keris pusakanya Kyai Brongot Seta Kober. Dengan penuh amarah, Arya Penangsang segera menunggangi kudanya Kyai Gagak Rimang menuju sungai tapal batas wilayah Jipang. Setibanya di tepi sungai, Arya Penangsang melihat anak kecil yang menunggangi kuda putih dengan membawa tombak diseberang sungai. Anak kecil tersebut tak lain adalah Danang Sutawijaya. Melihat Danang Sutawijaya, Arya Penangsang tambah semakin marah, karena merasa diremehkan untuk melawan anak kecil yang masih berumur 10 tahun.
Arya Penangsang tidak sanggup menahan emosinya dan segera menarik tali kekang Kyai Gagak Rimang. Sehingga kuda itu meringkik dan berlari menapaki dasar sungai bengawan. Tanpa ragu Danang Sutawijaya segera menghela kuda putih yang di tungganginya. Begitu berhadap-hadapan dengan Arya Penangsang, Danang Sutawijaya segera memutar arah kudanya sehingga membelakangi kuda Arya Penangsang. Kuda hitam kesayangan Arya Penangsang tiba-tiba bertingkah aneh dan menjadi liar karena melihat kuda yang di tunggangi Danang Sutawijaya adalah kuda betina.
Semakin lama kuda Arya Penangsang semakin liar dan berontak sehingga Arya Penangsang kerepotan. Melihat Arya Penangsang sibuk mengendalikan kudanya, Danang Sutawijaya segera menusukkan tombak pusaka Kyai Plered ke perut Arya Penangsang dan ususnya terurai keluar. Arya Penangsang yang sakti itu segera meraih ususnya yang terurai itu dan dililitkan ke tubuhnya. Dan segera menarik tali kekang kudanya untuk mengejar Danang Sutawijaya. Arya Penangsang segera merai tubuh Danang Sutawijaya dan membantingnya ke tanah hingga tak berdaya. Arya Penangsang segera turun dari kudanya, lalu menginjak dada Danang Sutawijaya. Melihat Danang Sutawijaya dalam bahaya, Ki Ageng Pamanahan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Ia segera menggunakan siasat dengan berpura-pura memihak kepada Arya Penangsang. Ki Ageng Pamanahan berkata, “Hai, Penangsang! Habisilah nyawa anak Hadiwijaya itu”.
Arya Penangsang baru menyadari bahwa Danang Sutawijaya adalah anak musuhnya. Dengan geram, Arya Penangsang segera mencabut keris Kyai Brongot Setan Kober dari pinggangnya. Namun, Arya Penangsang lupa bahwa ususnya tersampir diwarangka keris pusaka itu. Begitu mengangkat kerisnya ususnya langsung putus. Arya Penangsang pun meninggal. Setelah Arya Penangsang meninggal, Ki Ageng Pamanahan dan rombongannya kembali ke Pajang. Dan melaporkan kepada Adipati Sultan Hadiwijaya, bahwa Arya Penangsang sudah gugur. Adipati Sultan Hadiwijaya pun senang mendengar kabar tersebut. Sesuai dengan perjanjiannya, maka Adipati Sultan Hadiwijaya memberikan hadiah yang sudah dijanjikannya yaitu tanah pati dan tanah di hutan mataram. Tak menunda waktu lama, diutuslah beberapa prajurid ke Jepara untuk mengabarkan hal serupa kepada Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat bergembira dan bersedia menyudahi tapa telanjangnya. Dia lantas ikut rombongan pasukan Pajang menuju ibukota Pajang. Tewasnya Arya penangsang membuat gempar seluruh bangsawan Jawa, Tak terkecuali Sunan Kudus.
Kini, tidak ada lagi penguasa Jawa yang kuat selain Adipati Sultan Hadiwijaya di Pajang. Beberapa minggu kemudian, upacara besar dilaksanakan. Disaksikan oleh para pembesar Demak Bintara, Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta Demak Bintara kepada adik iparnya, Adipati Sultan Hadiwijaya. Keputusan ini banyak disokong oleh berbagai pihak. Namun sesuai janji semula, Pajang harus berbentuk Kesultanan, bukan Kerajaan. Oleh karenanya, Adipati Sultan Hadiwijaya lantas dikukuhkan sebagai seorang Sultan dengan gelar Kangjeng Adipati Sultan Hadiwijaya. Putra Ki Ageng Pengging, kini telah resmi memegang tampuk pemerintahan Jawa. Ramalan Sunan Kalijaga, terbukti sudah. Kini, Ki Mas Karebet atau Jaka Tingkir telah menjadi seorang Raja penguasa Tanah Jawa.
Sumber: http://jiwajawajawi.wordpress.com/2013/12/13/cerita-rakyat-arya-penangsang/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |