Sagu menjadi varian pangan utama dan favorit masyarakat Indonesia timur. Teksturnya yang cenderung lebih lembut ketimbang tapioka membuatnya jadi pilihan bahan kuliner unik seperti papeda. Kreativitas olah sagu ternyata tak sebatas papeda.
Di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Aka Bilan terbilang populer sebagai kudapan pagi ataupun sore hari. Nama lain panganan ini ialah sagu bakar yang dibentuk berupa lempengan tipis karena merujuk ke cara pembuatannya. Terbuat dari campuran sagu, kelapa parut, kacang hijau yang diberi sejumput garam lahirlah perpaduan unik antara kerenyahan, rasa manis, dan gurih di lidah.
Aka Bilan termasuk makanan pokok di sini selain umbi-umbian dan jagung yang bergizi tinggi, Dari panduan gizi Bidang Kesmas Dinkes Belu, dalam 100 gram sagu kering terkandung karbohidrat sebesar 94 gram, protein 0,2 gram, serat makanan 0,5 gram, zat besi 1,2 mg, dan kalsium sebanyak 10 mg.
Total dalam 100 gram sagu terkandung 355 kalori serta protein, vitamin, dan mineral. Dalam satu lempeng Aka Bilan terhitung energi sebesar 124,3 kcal, 1 gram protein, lemak sebesar 1,3 gram dan 26 gram karbohidrat murni. Untuk melengkapi nilai gizi sagu, masyarakat Belu biasa mengonsumsinya dengan tambahan kacang hijau dan ikan.
Penasaran ingin mencoba membuat sendiri snack khas Belu, Nusa Tenggara Timur? Masyarakat asli Belu mau berbagi resepnya.
Caranya dengan menghaluskan tepung sagu terlebih dahulu sekira 200 gram. Setelah ditumbuk halus, siapkan alat pemanggang berbentuk pring ceper bernama Babilak. Fungsi Babilak ini mirip dengan alat pemanggang crepes, tapi yang satu ini terbuat dari tanah liat. Istimewanya lagi, bahan bakarnya bukan kompor dan gas, tapi perlu kayu bakar agar hasilnya merata sempurna.
Alat pemanggang tadi diangkat. Lalu, tepung sagu dipipihkan ke dalam Babilak, kemudian ditutup dengan daun pisang. Proses iini membutuhkkan waktu sekira 10 menit. Baru kemudian penutup Babilak dibuka dan lempengan sagu bakar dikeluarkan.
Lempengan sagu bakar pun siap disantap bersama kopi panas. Pilihan sedap lainnya dapat dipadankan bersama lauk ikan kuah asam. Coba deh!
Sumber : Alat Pemanggang Serbaguna
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja