Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Rumah Adat Maluku Utara Tobelo
4_Hibualamo
- 19 Mei 2018

Hibualamo dalam bahasa daerah Tobelo, Hibua Lamo berasal dari kata Hibua = Rumah dan Lamo = Besar, berarti ‘Rumah Besar’. Kearifan lokal ini berakar dari pemahaman bahwa seluruh penduduk daerah Halmahera Utara adalah berasal dari satu keturunan dan menempati satu Rumah Besar sebagai tempat mereka hidup secara rukun, memecahkan masalah bersama, toleran dan satu tanpa terpisah-pisah oleh agama.

Hibualamo sendiri mulai ada sejak tahun 600 Masehi dimana, disetiap desa yang ada di 10 Hona terdapat Hibua Lamo. Masuk pada 1606, oleh VOC membombardir seluruh Hibualamo dan pusat kerajaan Moro yang kala itu berpusat di Desa Mede (Keratonnya berarsitektur Hibualamo). Serangan itu, lalu pada 1926 lewat musyawarah pemangku adat dari Tobelo Galela dan Kao kembali membangun rumah adat mereka di desa Gamsungi untuk mempertahankan ekstistensi hibualamo.

Namun, masuknya penjajah Jepang, kembali membuat Hibualamo yang sudah dibuat itu dihancurkan lagi. Lokasi rumah adat Hibualamo yang ada di Desa Gamsungi saat sekarang berada ditempat dibangunnya Hotel Presiden.

Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yakni antara tahun 1945-1950, para pemangku adat Tobelo kembali membangun Hibulamo. Namun kali ini, lokasi yang dipilih yakni di Jalan Halu Desa Gosoma.

Rumah adat Hibualamo berbentuk delapan sudut dengan pintu masuk mengarah ke empat mata angin. Orang Tobelo mengistilahkan dengan wange mahiwara (pintu bagian Timur), wange madamunu (pintu bagian Barat), koremie (pintu bagian Utara) dan korehara (pintu bagian Selatan). Keempat pintu yang menghadap ke keempat mata angin melambangkan keterbukaan kepada siapa saja yang datang.

Hibualamo sebagai Rumah Besar dalam artian ruang geografis maupun ruang bangunan, melambangkan sekaligus persatuan yang terbuka yang berorientasi kepada kemanusiaan universal. Persatuan tak semata dibatasi ikatan pertalian darah, suku, wilayah, agama melainkan terbuka dan inklusif terhadap semua orang tanpa memandang latar-belakang. Sebagai pusat, hibualamo adalah sebuah rumah besar dalam artian rumah bersama (baca: oikoumenel) tempat kehidupan saling ditopang.

Warna yang dominan pada rumah adat Hibualamo ada 4 dengan makna filosofis yang berbeda. Warna hitam melambangkan solidaritas, merah melambangkan semangat juang komunitas Canga. Sedangakan kuning melambangkan kecerdasan, kemegahan dan kekayaan. Dan warna putih melambangkan kesucian masyarakat 10 Hoana yang saat ini mendiami wilayah Halmahera Utara (Halut).

Menurut legenda, Hibualamo merupakan rumah besar yang dihuni oleh keluarga besar penduduk negeri Hibualamo yang terhimpun dalam 10 (sepuluh) suku dan tersebar di seluruh daratan Halmahera, Pulau Morotai dan Loloda.

Sebagai sebuah Rumah Besar, Hibualamo berfungsi sebagai pusat kekerabatan semua warga komunitas tanpa memandang latar-belakang asalkan ia menerima nilai-nilai hibualamo, untuk membicarakan kepentingan dan kebutuhan bersama (hirono), membahas upaya atau solusi atas persoalan bersama (jojobo), merumuskan kebijakan dan aturan-peraturan menyangkut kehidupan dan kemaslahatan bersama, pengorganisasian masyarakat, upacara adat, atau pertemuan antara pemimpin dan warga masyarakat.

Kegiatan adat yang biasanya dilangsungkan di Hibua Lamo selain tempat musyawarah, juga sebagai tempat perayaan upacara adat saat masuknya masa tanam dan panen. Bahkan termasuk menjemput tamu dan prosesi adat perkawinan juga sering digelar disana. Begitu juga keputusan dalam bentuk sangsi seperti denda adat yang keluar dari Rumah Hibualmo bersifat mengikat karena keputusannya paling tinggi.

 

Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-maluku-utara/

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU