Delapan untai tali menjuntai di tengah panggung. Delapan penari memasuki area panggung. Dengan selendang songket yang bekilauan, mereka berputar berkeliling dengan poros juntaian tersebut. Kemudian satu per satu penari mengaitkan selendang songketnya dengan ujung kain-kain itu. Maka saat itulah tarian pilin salapan mulai dipersembahkan.
Tari pilin salapan adalah sebuah tarian yang berasal dari daerah Air Bangis, Pasaman Barat. Tarian ini menggambarkan kekompakan dan kesatuan masyarakat setempat, yang menciptakan kehidupan rukun serta damai. Pesan ini disimbolisasikan dengan jalinan delapan untai kain yang membentuk sebuah jalinan anyaman yang rapi.
Secara harfiah, 'salapan' bermakna delapan, sesuai dengan jumlah juntaian kain yang digunakan dalam tarian ini. Angka delapan ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Pasaman Barat, khususnya warga di wilayah Air Bangis.
Dikisahkan dahulu daerah Air Bangis dipimpin oleh delapan orang penghulu, yaitu empat penghulu kawasan luar dan empat penghulu kawasan dalam. Kedelapan penghulu ini saling bekerjasama satu sama lain sehingga terjalin rasa persatuan yang kuat antar masyarakat di kawasan tersebut. Rasa kesatuan itupun tetap terjaga melintas zaman, hingga melewati era kemerdekaan RI.
Pilin salapan termasuk dalam kategori tari kreasi yang dikembangkan dari sebuah tari klasik Melayu yang bernama tari salapan. Kemiripan dari kedua tarian ini terlihat dari penggunaan juntaian kain sejumlah 8 helai yang digantungkan dari langit-langit ruangan tempat tarian tersebut dibawakan.
Tari salapan sendiri merupakan sebuah tarian yang mengisahkan tetang kerukunan yang tercipta dalam kehidupan masyarakat Ranah Nata (Mandailing Natal, Sumatera Utara) yang heterogen. Dalam tarian ini digambarkan masyarakat setempat terdiri dari 8 etnis berbeda, yaitu Aceh, Rao, Bengkulu, Indrapura, Palembang, Bugis, Kalimantan dan Minang.
Kedua tarian ini memiliki pola gerakan yang sangat dinamis dan rumit karena gerakan dari seluruh penarinya mengikuti pola anyam atau kepang yang sangat rapi. Jika ada kesalahan gerak dari salah satu atau sebagian penarinya, maka hal tersebut akan berpengaruh pada keseluruhan hasil anyaman yang terbentuk.
Yang menjadi perbedaan dari kedua tarian adalah dari segi aransemen pengiring, dimana tari salapan yang berasal dari Mandailing Natal dibawakan dengan iringan musik dari beberapa etnis yang berbeda. Selain di Mandailing Natal, tari Salapan juga ditemukan dalam seni tradisi masyarakat Sulawesi, Kalimantan, Bengkulu dan Palembang. [Ardee/IndonesiaKaya]
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-pilin-salapan
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja