budaya
126 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
tari maengket
Alat Musik Alat Musik
Sulawesi Utara

Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu: Maowey Kamberu, Marambak dan Lalayaan   Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak. Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan (mapalus), rakyat Minahasa Bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampong diundang dalam pengucapan syukur. Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa. Seni Tari Maengket diperkirakan sudah ada di Minahasa sejak masa sistem bercocok tanam. Tarian tradisional rakyat ini hanya dipertunjukkan pada musim panen dengan gerakan sederhana...

avatar
Rangga Sinatra
Gambar Entri
Walewangko
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Utara

Rumah Pewaris atau disebut juga Walewangko  merupakan rumah adat daerah Minahasa, Provinsi Sulasesi Utara. Rumah adat ini berdiri di atas tiang dan balok-balok yang mendukung lantai, dua di antaranya tidak boleh disambung. Kolong Rumah Pewaris digunakan untuk menyimpan hasil bumi ( godong ). Pintu rumah terletak di depan, tetapi tangga naik terdapat di kiri dan kanan serta bagian tengah belakang rumah. Ruang paling depan, disebut  lesar , tak berdinding, tempat kepala suku atau kepala adat memberikan maklumat kepada rakyat. Ruang kedua, adalah  sekey  merupakan serambi depan, berdinding, terletak setelah pintu masuk. Ruang ini berfungsi untuk menerima tamu dan menyelenggarkan upacara adat, serta tempat menjamu undangan. Ruang tengah, disebut pores, tempat untuk menerima tamu yang masih ada ikatan keluarga serta tempat menerima tamu wanita. Di ruang tengah ini terdapat kamar-kamar tidur. Ruang makan keluarga serta tempat kegiatan sehari-hari wan...

avatar
Oase
Gambar Entri
Opo Tanah Minasaha
Ritual Ritual
Sulawesi Utara

Sebelum kedatangan Kristen dan agama-agama baru ke Tanah Minahasa, orang Minahasa memiliki keyakinan bercorak animisme-dinamisme yang tertuang dalam konsep penyembahan terhadap Dewa-Dewi penghuni alam sekitar, atau yang biasa disebut Opo. Berikut adalah nama dan karakteristik dari para Opo Tanah Minahasa, serta karakter spiritual mereka, sebagaimana yang disarikan dari buku Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara  (1983) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Opo Wailan Wangko  atau  Opo Empung Wangko yang berarti penguasa tertinggi dalam struktur keyakinan orang Minahasa, yang dalam perkembangannya diasosiasikan dengan Tuhan Allah. Para leluhur atau  dotudotu , seperti  Opo Lumimuut ,  Opo Toar ,  Opo Karema ,  Opo Rengan , dan yang lainnya yang diangga sebagai nenek moyang orang Minahasa. Para Opo dari setiap kerabat, seperti  Opo Sigar ,  Opo Supit ,  Opo Sigarlaki ,  Opo Tololiu , Opo Rumbayan ,...

avatar
Oase
Gambar Entri
Si Patokaan
Musik dan Lagu Musik dan Lagu
Sulawesi Utara

Lagu   Si Patokaan  yang memiliki pola penuturan pantun ini adalah ungkapan perasaan cinta sekaligus khawatir seorang ibu kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa dan telah diwajibkan mencari nafkah sendiri, biasanya anak lelaki. Tradisi merantau erat kaitannya dengan lirik lagu tersebut. Bila dilihat lebih dalam, lirik tersebut secara utuh mengandung doa sekaligus motivasi kepada objek penutur, yaitu anaknya. Tetapi pada larik kedua, Ibu, sebagai subjek, dengan dewasa mengisyaratkan sisi buruk dari hidup. Bukan untuk menakuti, tetapi lebih bertujuan mengingatkan dan memperlihatkan kenyataan bahwa manusia tidak bisa terhindar dari pucat dan ada saatnya terseok-seok. Apalagi hidup di tanah yang jauh dan asing yang bisa dirasa sangat berat dan berbeda dengan hidup di tanah sendiri. Pada bagian ini, Ibu memperlihatkan keadaan orang-orang kalah dan sakit, lebih jauh lagi adalah kematian.  Larik kedua dan keempat memiliki hubungan sebab akibat. Setelah memperlihatkan s...

avatar
Oase
Gambar Entri
Makna Suara Burung Di Tanah Minahasa
Ritual Ritual
Sulawesi Utara

Setiap kelompok sosial sudah pasti memiliki filosofi hidup masing-masing. Berbagai nilai-nilai yang berkembang dan diyakini oleh kelompok tersebut, tak lain merupakan rangkuman dari berbagai pengalaman hidup anggota kelompok terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun. Tak jarang, nilai-nilai tersebut merupakan hasil dari interaksi antara anggota kelompok tersebut dengan alam sekitar. Hal tersebut misalnya tergambar dalam kepercayaan unik etnis Minahasa, yang meyakini bahwa setiap jenis suara burung memiliki makna tersendiri. Mereka percaya, burung (dan juga hewan lainnya) merupakan perantara penyampai pesan, bahkan terkdang dianggap penjelmaan dari para Opo  atau Dewa-Dewi di Tanah Minahasa. Burung pembawa pertanda dibedakan ke dalam dua jenis, yakni burung siang ( weru endo ) dan burung malam ( wara wengi ). Berikut adalah keterangan lengkapnya, yang disarikan dari buku  Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara  (1983) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan...

avatar
Oase
Gambar Entri
Tari Maengket
Tarian Tarian
Sulawesi Utara

Tari Maengket  merupakan tarian yang berasal dari  Manado, Sulawesi Utara . Kata maengket sendiri berasal dari bahasa setempat yakni engket yang berarti mengangkat tumit kaki naik turun. Tambahan awalan ma- di pada kata engket berarti menari dengan naik turun. Tarian ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Minahasa yang masih dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Minahasa sendiri adalah masyarakat suku asli Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa sendiri berasal dari orang Austronesia yang telah mendiami wilayah Sulawesi Utara selama ribuan tahun sebelum masehi. Suku minahasa  merupakan kesatuan dari beberapa sub etnik yang mendiami wilayah Sulawesi utara seperti Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tolour (Tondano), Tonsawang, Ponosakan, Pasan, dan Bantik. Meskipun masyrakat minahasa terdiri dari berbagai suku dan agama, masayrakat minahasa hidup berdampingan dan rukun. Hal ini  juga mempengaruhi terhadap corak kebudayaan masyarakat Minahasa termasuk tar...

avatar
Titahadiyarti
Gambar Entri
Watu Pinawetengan, Awal Mula Peradaban Minahasa
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Utara

Syahdan ketika Tu’ur Intana atau pemukiman awal telah dipenuhi oleh keturunan Toar’ dan Lumi’muut (suku Minahasa asli), datanglah berbagai bencana yang mengisyaratkan mereka untuk membuka pemukiman baru. Maka tibalah keturunan minahasa pada sebuah perbukitan (tonduraken), di tempat tersebut terdapat batu besar yang kemudian dinamakan dengan Watu Pinawetengan. Pemilihan lokasi perbukitan tersebut bukan tanpa alasan, ada tiga faktor yang mendukung hal tersebut. Faktor tersebut antara lain, dekatnya lokasi perbukitan dengan sumber mata air, perbukitan tersebut dianggap sebagai lokasi yang berada di tengah-tengah wilayah Minahasa, dan tidak adanya gangguan. Ari, juru pelihara Situs Watu Pinawetengan, ketika ditemui mengatakan, Nama Watu Pinawetengan berasal dari bahasa Minahasa, Watu artinya batu, sedangkan Pinawetengan bisa dimaknakan dengan tempat pembagian. Watu Pinawetengan dahulu digunakan oleh para leluhur (apo) sebagai tempat pertemuan dan musyawarah unt...

avatar
Muhammad Arif Nurrohman17
Gambar Entri
Sehelai Kisah Kain Bentenan, Sempat Lenyap Selama 2 Abad
Motif Kain Motif Kain
Sulawesi Utara

Sepertinya halnya batik di Jawa, songket di Sumatera Selatan, dan ulos di Sumatera Utara, di Sulawesi Utara khususnya Etnis Minahasa mengenal kain tenun tradisional yang popular disebut kain Bentenan. Keberadaan kain ini cukup kontroversi karena pernah menghilang sekitar 200 tahun lamanya dari tanah Minahasa. Bentenan sejatinya merujuk pada sebuah pulau dan teluk di pantai di Kabupaten Minahasan Tenggara. Dahulu, sekitar abad ke-15 hingga 17 perairan ini merupakan kawasan pelabuhan dagang dan transit para pelaut sebelum mereka menuju Ternate. Dan sekitar tahun 1900-an kain Bentenan ditemukan untuk yang pertama kali dikawasan tersebut, tepatnya di Desa Bentenan, Ratahan, Minahasa Tenggara. Keberadaan kain Bentenan tidak terlepas dari aktivitas budaya dan sejarah suku Minahasa. Sekitar abad 7 Masehi masyarakat Minahasa telah mengenal kain dari kulit kayu bernama Fuya , yang berasal dari kulit pohon Lahendong dan kulit pohon Sawukkuow. Selain itu mereka juga mengenal serat...

avatar
Denmasdeni adammalik
Gambar Entri
Kain Tenun Pinawetengan
Motif Kain Motif Kain
Sulawesi Utara

Bagi masyarakat Minahasa, Pinawetengan bukan hanya sekadar seonggok batu yang tidak bermakna, batu besar yang ditemukan di dataran tinggi (tonduraken) ini merupakan titik awal dari kebudayaan Minahasa. Di batu besar itulah, leluhur dari berbagai sub etnis Minahasa berikrar untuk bersatu, dan menuliskannya pada batu dalam bentuk gambar dan guratan-guratan. Setelah ditemukan pada 1888, gambar dan guratan-guratan yang ada pada Watu Pinawetengan kemudian diaplikasikan ke dalam berbagai media sebagai ciri khas Minahasa, salah satunya pada media kain tenun. Hal ini dilakukan tentu untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung pada gambar dan guratan-guratan Watu Pinawetengan. Proses pembuatan kain tenun Pinawetengan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yang dilakukan adalah dengan penkloasan benang, pembidangan, dan pembuatan pola. Pola yang sudah dibuat kemudian ditutup dengan cara diikat menggunakan tali rafia.   Pola yang terbent...

avatar
Oase