Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung
Deskripsi ini akan dilengkapi kemudian :) Bagi rekan dan teman-teman yang bisa cukup memahami rumah khsa Sunda ini, bisa ikut turut menambahkan deskripsi, informasi, atau pun keterangan Rumah Sunda di Cigugur ini. Lokasi rumah ini terdapat di dekat Gedung Paseban Tri Panca Tunggal yang oleh masyarakat Cigugur berfungsi penting dalam kegiatan sekitar budaya tradisi (perpustakaan, perkumpulan, pertunjukan). Kawasan ini juga rutin menyelenggarakan Upacara Siren Taun, berupa festival/ rangkaian kegiatan budaya, yaitu setiap tanggal 22 Rayagung Saka.Rumah ini terbuat dari material yang sangat alami dan sederhana. Misalnya memanfaatkan bambu, bebatuan, kayu, dan ijuk. Strukturnya yang sederhana tetap membuat rumah ini kokoh sebagaimana seharusnya. Kombinasi dinding bambu dan atap ijuk sangat baik untuk jalannya sirkulasi udara.
Asal UsulSisingaan adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari. Di atas boneka singa yang diusung itu biasanya duduk seorang anak yang akan dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Ada beberapa versi tentang asal-usul kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa Barat ini. Versi pertama mengatakan bahwa sisingaan muncul sekitar tahun 70-an. Waktu itu di anjungan Jawa Barat di TMII ditampilkan kesenian gotong singa atau sisingaan yang bentuknya masih sederhana. Dan, dari penampilan di anjungan Jawa Barat itulah kemudian kesenian sisingaan menjadi dikenal oleh masyarakat hingga saat ini. Versi kedua mengatakan bahwa kesenian sisingaan diciptakan sekitar tahun 1840 oleh para seniman yang berasal dari daerah Ciherang, sekitar 5 km dari Kota Subang. Waktu itu, Kabupaten Subang pernah menjadi "milik" orang Belanda dan Inggris dengan mendirikan P & T Lands. Hal ini menye...
Asal Usul Kuda renggong adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 1-4 ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kuda-kuda tersebut biasanya duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kata renggong adalah metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan (langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher. Kesenian kuda renggong atau yang dahulu biasa disebut kuda igel karena bisa ngigel (menari) ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Waktu itu (sekitar tahun 1880-an) ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia. Selanjutnya, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengke...
Pencipta Tari Jaipongan : Gugum Gumbira Rawayan adalah jembatan gantung yang terbuat dari kayu atau bambu, dan biasanya kalau diinjak akan bergoyang, Isi tarian ini berkaitan erat juga dengan fenomena budaya kita, seperti tertuang dalam gambaran tariannya yang bermuara untuk menjembatani peralihan dari era tradisional ke era kreasi baru. Tarian ini merupakan jenis tari putri tunggal, namun bisa dipertunjukkan dalam bentuk tari kelompok bila. secara khusus digarap pola lantainya. Selain uraian di atas untuk menunjukkan pula ciri khasnya, juga termasuk koreografi, busana, dan karawitan tarian ini. Seperti koreografinya terdapat motif-motif langkahan beritme relatif lambat derigan jangkauannya yang panjang dan pengaturan tenaganya relatif halus yang disebut lengkah maung. Busananya memakai baju kaos lengan panjang yang di luarnya memakai rompi, celana panjang ketat dari bahan yang elastis dan ditambah dengan sinjang dodot agak lebar, serta "konde-nya" hiasan sanggul ber...
Zaman dulu upacara in dilakukan untuk meminta hujan saat musim kemarau panjang (memasuki sekitar 3 bulan musim hujan). Tradisi / upacara ritual ini dipercayai masyarakat Kecamatan Luragung setiap datang kemarau panjang. Ini berkaitan dengan kehidupan agraris yang mengharapkan lahan pertanian terhindar dari kekeringan karena kemarau. di perkirakan umur seni cingcowong ini ± 632 tahun. Alat yang dipakai untuk upacara yaitu: 1. Satu buah Taraje (bahasa sunda yang artinya tangga) 2. satu buah samak /Tikar 3. Boneka Cingcowong yang terbuat dari batok kelapa yang dilukis menjadi Putri cantik dengan badan terbuat dari Rangkaian bamboo yang diberi Baju dan sampur serta diberi kalung yang terbuat dari bunga melati Alat pendukung lainya yaitu, berupa sesajen: menyan,kaca,sisir,ember. Upacara Cingcowong ini dimainkan oleh: 1. Satu orang (Pemandu upacara ) 2. 2 orang pemegang sampur ketika digerakan (gerakan mirip jaelangkung ) 3. 2 orang pemain/penabuh buyung yang dipukul pleh...
Assalamualaikum Apakah ketupat itu?secara umum ketupat dapat diartikan sebagai anyaman bangun ruang tertutup.Ketupat merupakan budaya Jawa yang kemudian menjadi ikon Hari Raya Fitri bagi umat Islam Indonesia tentunya.Biasanya ia terbuat dari daun kelapa.Namun untuk keperluan berbeda dapat menggunakan bahan lain.Keragaman jenis ketupat juga berkembang sangat luas, seluas imajinasi para inovator.Sudah sepatutnya pemerintah mendaftarkan ketupat pada UNESCO sebagai budaya asli bangsa Indonesia (ketwopates@gmail.com). RM/Toko yang Menyediakan: Jual Ketupat Restaurant Address: Jl. Kipas Angin, RW.10, Mekarsari, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat 16953
Seperti namanya dibuat merepresentasikan mitologi ular naga. Kujang-kujang Naga memiliki varian bentuk dan ukuran yang relatif beragam. Keragaman terlihat pada pamor di bilah Kujang dan ukuran Kujang yang berkisar 30-50 cm. Pamornya ada yang realis dan ada yang tidak. Jumlah lubang di bilah antara 1-9 buah. Bentuk Kujang Naga sendiri berdasarkan prinsip seni rupa tradisi dan budaya sunda. Bentuk ini bersifat esensial dan melampaui wujud binatang ular naga itu sendiri.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Cisadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanagara. Prasasti Ciaruteun ditemukan di Desa Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor; tepatnya pada koordinat 6°31'23,6" LS dan 106°41'28,2" BT. Tempat ditemukannya prasasti ini merupakan bukit (bahasa Sunda: pasir ) yang diapit oleh tiga sungai: Cisadane, Cianten, dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat ini masih dilaporkan sebagai Pasir Muara, yang termasuk dalam tanah swasta Tjampéa (= Ciampea, namun sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang). Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa 2, sarga 3, halaman 161 disebutkan bahwa Tarumanagara mempunya rajamandala (wilayah bawahan) yang dinamai "Pasir Muhara". Prasasti Ciaruteun dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasion...