"Mojang Priangan" secara harfiah berarti "Gadis Priangan", merujuk kepada daerah di Jawa Barat. Bentuk merak, kupu-kupu, dan bebungaan digunakan untuk menggambarkan kecantikan. Latar belakang batik yang berwarna putih membuat batik ini mempunyai nilai khusus karena pembuatannya mesti lebih berhati-hati.
Deskripsi : Terdiri dari kain dan selendang. Bahan sutera, warna coklat tua dan muda. Motif belak ketupat, baling-baling, kembang kacang dan kembang matahari. Di sepanjang tepi bermotif geometris, sedangkan di bagian tumpal bermotif pucuk rebung. Pada ujung selendang dihiasi dengan rumbai benang yang dipilin. Setelan batik ini biasa dipakai wanita dewasa dalam acara resmi, seperti pernikahan.
Lurik merupakan pakaian dengan motif khas batik lurik asli dari kabupaten Pati. Kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno ‘lorek’ yang berarti lajur, belang atau pun garis. Kain lurik yang memiliki motif sederhana ini memiliki segudang filosofi yang mengandung harapan, nasihat, bahkan kekuatan spiritual yang masih dipercaya dan menjadi adat dan tradisi.
Dalam pelbagai pepatah adat di Minangkabau, sudah menjadi pengetahuan orang banyak bahwa ada dua kelarasan adat yang manyoritas dianut masyarakat hukum adat di Minangkabau, yakni kelarasan adat Koto Peliang dan Bodi Caniago. Di samping itu, kita juga mengenal adanya kelarasan adat Batang Bangkaweh yang tidak menganut adat Koto Peliang maupun Bodi Caniago. Konon kabarnya hanya ada satu nagari yang menganut kelarasan adat Batang Bangkaweh ini, yakni nagari asa di Pariangan, Padang Panjang.NAGARI-NAGARI DI "LIMA KAUM NAN BUNGSU Dalam banyak pantun dan mamang adat kita diperkenalkan kepada Datuek Ketumanggungan sebagai pencipta kelarasan adat Koto Peliang dan Datuek Perpatih Nan Sabatang sebagai pencetus kelarasan Badi Caniago yang bisa dikatakan sebagai koreksi atas kekurangan-kekurangan daripada kelarasan adat yang diperkenalkan oleh Datuek Ketumanggungan, sampai dengan terjadinya peristiwa penikaman batu di situs Batu Batikam, yang menandai pemisahan dari kedua kelarasan adat tadi....
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup. Upaya untuk melindungi budaya Banjar ini, telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI beberapa motif sasirangan sebagai berikut : Iris Pudak Kambang Raja Bayam Raja Kulit Kurikit Ombak Sinapur Karang Bintang Bahambur Sari Gading Kulit Kayu Naga Balimbur Jajumputan Turun Dayang Kambang Tampuk Manggis Daun Jaruju Kangkung Kaombakan Sisik Tanggiling Kambang Tanjung SEJARAH SASIRANGAN Menurut sejarah sekitar abad XII sampai abad ke XIV pada masa kerajaan Dipa atau kerajaan Banjar, cerita rakyat atau sahibul hikayat, kain sasirangan yang pertama dibuat yaitu tatkala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Ranta...
Arca Ganesha Boro terletak di Dusun Boro, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Arca ini terlihat berbeda dengan arca ganesha lainnya dikarenakan bagian depan dan belakang terlihat perbedaan yang cukup mencolok. Tampak bagian depan memang seperti kebanyakan arca ganesha pada umumnya namun pada bagian belakang terpahat sosok kala. Pahatannya terlihat sangat rapi dan sungguh detail, ukurannya pun juga terbilang lumayan besar. Arca ganesha ini duduk diatas lempeng batu yang sekelilingnya berhias tengkorak serta menghadap ke selatan. Ornamen seperti motof batik juga menghiasi tubuh bagian bawah arca. Perangkat lain berbentuk gading yang sudah tidak utuh tergenggam di tangan sebelah kanan. Beberapa info menyebutkan bahwa arca ganesha ini merupakan peninggalan Kerajaan Singosari.