|
|
|
|
Wangsalan, Kreativitas dan Keindahan Tutur Kata Tanggal 10 Aug 2018 oleh OSKM_16918254_Faiq . |
Wangsalan adalah budaya Jawa dalam bertutur kata sehari-hari di kalangan orang-orang Jawa. Wangsalan yaitu perkataan yang berupa teka-teki (cangkriman) yang akar jawabannya tidak diutarakan secara jelas, namun sudah terdapat pada kata kunci yang disampaikan sebelumnya. Wangsalan sering digunakan sebagai jembatan bermain kosa kata untuk menguji seberapa jauh pemahaman orang terhadap kosa kata dalam bahasa Jawa.
Wangsalan memiliki berbagai macam jenis berdasarkan bentuk penuturannya. Yang pertama adalah wangsalan lamba, yaitu wangsalan yang akar jawabannya hanya satu saja. Kalimat teka-tekinya berupa satu kalimat yang terdiri dari frasa dan klausa. Frasa yang berada di awal merupakan kata kuncinya, sedangkan klausanya merupakan akar jawaban (teka-teki). Contohnya adalah “Balung klapa, ethok-ethok ora ngert”i. Jawaban dari wangsalan tersebut adalah bathok. Bathok adalah kata lain dari balung klapa, sedangkan ethok-ethok menjadi akar dari jawabannya.
Selain itu, terdapat wangsalan rangkap (camboran), yaitu wangsalan yang akar jawabannya lebih dari satu. Kalimat wangsalan terdiri dari dua kalimat yang terdiri dari wangsalan dan akar jawabannya. Contohnya adalah “Pandom wektu, dalan toya aneng wana. Ora jamane, manungsa tali agama” yang jawabannya adalah jam dan kali.
Kemudian terdapat wangsalan memet, yaitu wangsalan yang jawabannya dicari dengan cara membedah makna kata yang dimaksud sebanyak dua kali. Contohnya adalah “Uler kambang, yen trima alon-alonan.” Uler kambang artinya lintah. Suku kata -tah pada pada kata lintah dianggap sebagai maksud dari kata alon-alonan (satitahe), jadi artinya, jika melakukan sesuatu hendaknya tidak perlu memaksakan diri, atau bahasa jawanya nggaya.
Selanjutnya adalah wangsalan padinan, yaitu wangsalan yang bersifat komunikatif dengan menganggap orang yang diajak bicara telah memahami maksudnya. Sehingga, wangsalan jenis ini ada yang tidak terdapat akar jawabannya. Contohnya adalah “Kowe kuwi wiwit mau ngembang kacang. Dikongkon malah ngembang duren” yang jawabannya adalah sungut.
Terakhir, terdapat wangsalan sinawung ing tembang. Wangsalan jenis ini dinilai unik karena menggunakan tembang (lagu) dalam penyampaiannya. Contohnya adalah sebagai berikut:
Dhandhanggula
Ayam cemeng ingkang mubal putih,
simbok nganten mleroka sadhela,
kinarya tulak brangtane,
linjo digawe krupuk,
simbok nganten pipinya ramping,
gebyog malang neng dalan,
sarenteg wong ayu,
klabang cilik sinandhung mobyar,
mobyar warna ketemu pisan kaping kalih,
kudu ngajak saben dina.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |