×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

CERITA RAKYAT

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Selatan

Asal Daerah

SULAWESI SELATAN

TO MANURUNG BAINEA

Tanggal 05 Dec 2014 oleh Sri sumarni.

TO MANURUNG BAINEA

Catatan tentang perempuan Makassar, baik yang terekam dalam tradisi tulis seperti  yang ada dalam  lontaraq  maupun dalam tradisi lisan dimulai pada masa terbentuknya Kerajaan Gowa berkisah tentang kehadiran “To Manurunga” atau “To Manurung Bainea”. Masa pemerintahan To Manurunga berlangsung pada 1320-1345(Limpo,1995), catatan naskah yang berkisah tentang To Manurung versi Lontaraq Gowa Kuno  menceritakan bahwa sebelum datangnya To Manarung, rakyat gowa hidup secara berkelompok –kelompok tidak  dalam satu wilayah,teteapi mendiami 9 kampung yang disebut Kasuwiang Salapanga(Sembilan Kelompok Kaum)

Kasuwiang Salapanga ini terdiri atas Tomboloq,Lakiung,Saumata,Parang-parang,Data, Agang Jeqneq, Bisei,Kalling dan Seroq, yang masing-masing dipimpin oleh seorang bergelar Gallarrang. Kesembilan Gallarrang ini kemudian membentuk pemerintahan gabungan (federasi) dan menunjuk seorang pemimpin untuk menghimpun mereka di bawah pengawasan Paccallaya (Ketua Dewan Hakim Pemisah). Di bawah sejarah  kepemimpinan Paccallaya tidak dapat mengatasi peperangan karena tidak  memilki pengaruh yang kuat atas anggota persekutuan, yang masing-masing mempunyai hak otonom. Rakyat Gowa tak henti-hentinya berdoa agar dapat mempunyai pemimpin

Saatnya pun tiba. Pada suatu waktu saat penantian telah sampai pada titik jenuhnya tiba-tiba beberapa orang melihat seberkas cahaya dari atas perlahan-lahan turun kebawah menuju Takabassia persis di atas bongkahan sebuah batu. Di atas bongkahan batu muncul seorang perempuan cantik memakai pakaian kebesaran yang mengagumkan. Paccallaya dan Sembilan Kasuwiyang memberinya nama “To Manurung Bainea” atau “To Manurung”, yang berarti orang yang menjelma turun dari atas langit dan tidak diketahui asal usulnya. Seluruh rakyat dari Sembilan wilayah bersama Paccallaya sepakat mengangkatnya sebagai raja. Dibawah pemerintahan To Manurung kerajaan-kerajaan kecil dala wilayah Gowa bersatu dan bergabung dalam sebuah kerajaan besar, yaitu Kerajaan Gowa, yang juga merupakan simbol persatuan orang Makassar di masa itu. Rakyat Gowa hidup dalam keadaan aman tanpa ada lagi bentrok fisik. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam suatu kurun waktu perempuan dapat menjadi “permersatu”rakyat yang berada dalam kondisi terpecah-belah, dapat member semangat perdamaian dan menjadi simbol kepemimpinan.

Hasil kajian Raffles pada 1817(dalam Pelras,1985:160) menyatakan bahwa di Sulawesi Selatan perempuan lebih percaya diri daripada yang diharapkan dari peradaban negara-negara lain pada umumnya. Perempuan tidak mengalami penderitaan,kemelaratan atau pekerjaan yang membatasi produktivitas seperti bagian dunia lain. Karya Crawfurd yang berjudul History of java pada 1820(dalam Pelras,1985:160) mencatat bahwa di Sulawesi Selatan perempuan tampak tanpa skandal dalam masyarakat(public). Dia berperan aktif dalam semua bisnis dalam kehidupan mereka berkonsultasi dengan laki-laki untuk semua urusan public, dan seringkali naik tahta (menjadi raja);juga terlibat ketika pemilihan raja. Kasus mencolok yang dicatat Crawfurd sehubungan perempuan Makassar dapat dikutip sebagai berikut

 

Not many day before I saw her,she had presented herself among the warriors of the party drawn out before the enemy, upbraided

Them for their tardiness in the attack.in lofty terms, and demanded a spear, that she might show them an example. Encouraged by her

Exhortations, it appears they went forth, and gained an advantage.(Crawfurd,History:74, dalam Pelras,1985:164)

 

Sumber: ERY ISWARY,Perempuan Makassar:Relasi Gender dalam Folklor(Makassar:Penerbit Ombak,2010),hlm2-4

DISKUSI


TERBARU


Simpa Odja

Oleh Andi Redo | 05 Apr 2024.
Ornamen

Simpa Odja adalah ornamen wajib dalam setiap upacara di Kerajaan Gowa Tallo. Ornamen ini terdiri dari dua perangkat yang disatukan yaitu "Simpa&...

Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

Na Nialhotan (D...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dali Nihorbo atau di Pulau Samosir disebut dengan Na Nialhotan. Dibuat dari susu kerbau yang dimasak dengan garam dan bahan pengental. Ada 3 pilihan...

Pulurpulur

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Pulurpulur Resep khas Simalungun yang bentuknya seperti bola dan disiram saus. Isinya terbuat dari cincang jantung pisang, daun bawang, bawang Batak,...

Itak Sipitu Bar...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Menurut Narasumber kami, Ibu Hotni br. Simbolon pada acara MERAYAKAN GASTRONOMI INDONESIA di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tanggal 03 Februari 2024,...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...