×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Sunda (Ciamis, Majalengka dan Sekitarnya)

Ngariksa Nu Kakandungan (Menjaga Orang yang Hamil)

Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16618157_Zahrani Imtyaz.

Adat Ngariksa nu Kakandungan (Menjaga Orang yang sedang Hamil) di Tanah Sunda

 

Adat ngariksa (menjaga) orang yang sedang hamil di Sunda sangat erat kaitannya dengan sistem kepercayaan orang Sunda, yang mempunyai sifat percaya akan tahayul. Maksud adanya adat ngariksa ibu hamil yaitu untuk menjaga yang hamil dari pengaruh mahluk halus serta mengaruh buruk dari kekuatan alam yang mempunyai sifat gaib. Tarekah/usaha untuk menjaganya dilakukan dengan cara, seperti; mengadakan salametan/syukuran atau sidekah mekelan/memberi yang hamil berupa barang-barang yang diyakini mempunyai kekuatan tolak bala atau sebagai ajimat yang bisa memperhatikan dan menjaga supaya yang hamil tidak melanggar larangan/pantrangan leluhur.

Usia kandungan sampai dua bulan biasanya disebut ngadeg atau nyiram. Usia kandungan tiga bulan diadakan salametan/syukuran tilu(tiga) bulanan. Pada umumnya salametan tilu bulanan cukup dengan ngabubur beureum/merah ngabubur bodas /putih yang merupakan inti atau syarat yang harus ada dalam salametan mengikuti adat kebiasaan leluhur/karuhun. Untuk orang berada selain ngabubur beureum ngabubur bodas biasanya membuat/menyediakan juga tumpeng.

Setelah salametan tilu bulanan diadakan kembali syukuran saat usia kandungan 5, 7, 9 bulan. Ada keharusan mengadakan syukuran tiap hitungan ganjil usia kandungan. Pada syukuran yang kedua mengadakan hajat bangsalBangsal yang ditempatkan di bokor serta bagian atasnya ditutup daun waluh/labu. Maksud kata bangsal secara metonomis mirip dengan kata bengsal (sial). Sedangkan kata waluh secara metonomis menyerupai/mendekati pada kata waluya. Jadi maksud utama mengadakan hajat bangsal yaitu menghilangkan segala kesialan dan diganti dengan kawaluyaan.

Syukuran ketiga dilaksanakan waktu kandungan tujuh bulan, merupakan syukuran paling besar diantara keempat syukuran. Syukuran ini biasa disebut tingkeban atau babarik (Ciamis), babarit (Majalengka). Setelah tingkeban urusan menjaga yang hamil jadi tanggung jawab paraji/dukun anak. Tingkeban merupakan syukuran kehamilan paling meriah (pangceuyahna) dari upacara-upacara lainnya, karena banyaknya proses upacara dan banyaknya syarat yang harus dipenuhi. Waktu usia kandungan sembilan bulan dilaksanakan lagi syukuran yang keempat. Syukuran ini disebut lolos dan sedekah lampuLolos (makanan yang terbuat dari tepung beras, gula dan santan yang dibungkus daun pisang) supaya waktu melahirkan, bayi keluarnya lancar dan selamat, sedangkan lampu memiliki maksud supaya bayi dilahirkan mempunyai hati yang terang. Biasanya menggunakan lampu cempor/damar atau lampu tempel.

Tak kurang dari 31 pantrangan/larangan untuk yang hamil, diantaranya; tidak boleh tidur tak berbantal sebab bisa jadi masalah waktu melahirkan; tidak boleh duduk di lawang panto/pintu sebab bisa-bisa sulit melahirkan (biasanya disebut ngalong); tidak boleh makan rebusan telur sebab nanti anaknya bisa-bisa bisulan di kepala; tidak boleh makan nanas sebab bisa-bisa anaknya korengan; tidak boleh mencicipi sop/sayur/angeun langsung di sendok sebab bisa-bisa anaknya jelek; dan sebagainya.

Selain larangan untuk yang hamil (pihak wanita), ada juga larangan untuk suaminya, diantaranya; tidak boleh menyembelih binatang, tidak boleh menyiksa binatang; tidak boleh memancing; tidak boleh adu ayam, tidak boleh adu domba, dan sebagainya. Dan juga orang lain pun tidak boleh menyinggung perasaan yang sedang hamil. Kalau suami istri terpaksa harus mengerjakan sesuatu yang dilarang/pantrang, harus mengucapkan “utun inji hayu urang motongan hayam, tapi kale ulah saptotongna lamun lain potonganana” (*utun inji ayo kita potong ayam, tapi hati-hati jangan asal potong).

Kebudayaan ini masih banyak dilakukan di beberapa daerah Sunda khususnya di Jawa Barat. Masyarakat meyakini bahwa ritual ini sangat bermanfaat bahkan dibutuhkan oleh para ibu yang sedang mengandung, apalagi untuk perempuan yang baru hamil untuk pertama kali.

 

 

#OSKMITB2018

Prosesi ritual ngariksa nu kakandungan

DISKUSI


TERBARU


ANALISIS FENOME...

Oleh Keishashanie | 21 Apr 2024.
Keagamaan

Agama Hindu Kaharingan yang muncul di kalangan suku Dayak sejak tahun 1980. Agama ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan kepercayaan lokal su...

Kue Pilin atau...

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
Kue Tradisional

Kue pilin atau disebut juga kue bapilin ini adalah kue kering khas Sumatera Barat.Seperti namanya kue tradisional ini berbentuk pilinan atau tamb...

Bika Panggang

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
kue tradisional

Bika Panggang atau bisa juga disebut Bika bakar merupakan salah satu kue tradisional daerah Sumatera Barat. Kue Bika ini sangat berbeda dengan Bika...

Ketipung ngroto

Oleh Levyy_pembanteng | 19 Apr 2024.
Alat musik/panjak bantengan

Ketipung Ngroto*** Adalah alat musik seperti kendang namun dimainkan oleh dua orang.Dalam satu set ketipung ngroto terdapat 2 ketipung lanang dan we...

Rek Ayo Rek

Oleh Annisatyas | 19 Apr 2024.
Seni

Lagu Rek Ayo Rek adalah salah satu lagu asli Surabaya. Lagu ini diciptakan dengan bahasa khas "Suroboyo-an" oleh Is Haryanto. Rek Ayo Rek j...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...