×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Indonesia

Mai Song

Tanggal 09 Aug 2018 oleh Oskm18_16418191_gianvere .

Masyarakat Tionghoa pertama masuk ke Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut seperti keadaan di Tionghoa pada saat itu sangat tidak baik. Tionghoa merupakan daerah yang miskin sehingga banyak terjadi tindak kriminal, selain itu sering terjadi bencana kelaparan dan bencana alam. Hal ini didukung oleh pemerintah Tionghoa yang mengizinkan rakyatnya untuk bermigrasi. Keinginan mereka untuk bermigrasi juga didorong oleh transportasi di Tionghoa yang semakin lancar, contoh: kapal uap. Sedangkan faktor eksternalnya seperti ketertarikan masyarakat Tionghoa akan Indonesia karena kekayaan alamnya dan letak strategisnya sehingga memberi peluang cerah sehingga menarik orang-orang Tionghoa untuk datang dan membuka usaha di Nusantara.

Saat masyarakat Tionghoa masuk ke Indonesia, secara tidak langsung membawa tradisi-tradisi yang sering mereka lakukan. Antara lain tradisi kelahiran, hari-hari besar, perkawinan serta kematian dan banyak tradisi lainnya. Kelompok kami akan membahas salah satu tradisi yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang juga sudah diterapkan oleh keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia yaitu tradisi kematian atau dikenal sebagai Mai Song.

       Mai Song adalah salah satu tradisi orang Tionghoa yang berhubungan dengan kematian orang Tionghoa, dimana dalam budaya tersebut terdapat banyak sekali keunikan. Keunikan-keunikan tersebut dimulai dari tradisi-tradisi dalam melakukannya maupun kisah dari tradisi ini bagaimana tradisi ini dapat bertahan dan masih berlangsung sampai saat ini. Secara singkat, tradisi Mai Song merupakan sebuah kepercayaan dimana orang yang kaya saat di dunia akan kaya di kehidupan yang kekal saat kelak di surga melainkan orang miskin di dunia akan tetap miskin di surga. Dalam kepercayaan Mai Song, anak dan cucu dari leluhur yang meninggal akan memberikan persembahan dengan cara membakar uang-uangan ataupun rumah-rumahan dan kebutuhan lain dalam bentuk miniature sehingga di surga dapat menjadi kebutuhan berwujud nyata dan bisa berguna bagi arwah mereka, sedangkan orang miskin biasanya tidak dapat membeli miniature tersebut sehingga arwah mereka akan tetap miskin. Selain itu, pewarisan Mai Song hingga saat ini tidak semudah yang kami bayangkan, banyak permasalahan yang timbul mulai dari masa Orde Baru dan timbulnya perbedaan kepercayaan.  

       Pada zaman sekarang ini, Mai Song yang merupakan tradisi suku Tionghoa sudah menjadi sedikit asing bagi masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa. Mai Song merupakan tradisi kematian yang unik dengan berbagai kepercayaan di dalam rangkaian kegiatannya yang berasal dari Tiongkok dan sudah lama berlangsung atau menjadi tradisi bagi orang-orang yang termasuk dalam etnis Tionghoa maupun tidak.

       Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa Orde Baru semua hal yang berhubungan dengan "Cina" dihantam. Pemerintah pun berusaha mengasimiliasikan orang – orang etnis Tionghoa itu dan melakukan berbagai cara untuk memutuskan hubungan mereka dengan leluhur mereka, proses asimilasi ini terlihat dalam :

  1. Aturan penggantian nama Tionghoa menjadi nama Indonesia
  2. Melarang segala bentuk penerbitan dengan Bahasa serta aksara Tionghoa
  3. Memberikan batasan pada kegiatan upacara tradisi ( hanya boleh dalam keluarga )
  4. Tidak mengizinkan pagelaran dalam perayaan hari raya tradisional Tionghoa di muka umum.
  5. Melarang sekolah – sekolah Tionghoa dan menganjurkan anak – anak Tionghoa masuk ke sekolah umum atau swasta. *

 

*http://www.tionghoa.info/diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia-pada-masa-orde-lama-dan-orde-baru/

       Namun karena Mai Song merupakan tradisi turun - temurun yang sudah melekat di dalam tubuh masyarakat Tionghoa pada zaman itu dan tidak hanya dikenang sebagai sebuah keharusan atau sebagai sebuah tindakan, melainkan sebagai sebuah bagian dari kehidupan sehari-hari. Jadi ketika Orde Baru, mereka memang menyembunyikan tradisi tersebut dari kalangan masyarakat namun bukan berarti mereka lupa karena tidak melanjutkan tradisi tersebut selama beberapa saat, namun mereka tetap mewariskan tradisi tersebut karena dedikasinya sebagai orang Tionghoa demi sukunya atau sifat mendarah daging yang sudah tumbuh dalam masyarakat Tionghoa menjadikan tradisi ini tidak menghilang begitu saja saat masa Orde Baru melainkan menambah keistimewaan dari tradisi ini karena dapat selamat dari masa Orde Baru.

 

  1. Pengertian Mai Song                        

        Mai Song merupakan tradisi yang berasal dari suku Tionghoa dan juga dilakukan di Indonesia. Mai Song merupakan salah satu tradisi kematian Tionghoa yang berhubungan erat dengan tradisi Ceng Beng, Rebutan (Setan Lapar) dan Sincia.

        Ceng Beng adalah suatu ritual tahunan dari etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Konghuchu, biasanya tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 5 April dalam setiap tahun (setelah terjadi titik balik matahari di musim dingin). Secara Astronomi dalam terminologi matahari festival Ceng Beng dilaksanakan pada hari pertama dari 5 terminologi matahari yang juga diberi nama Qing Ming.  Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi dan juga ditunjukkan kepada orang – orang untuk berziarah kubur. Hari festival ini dijadikan libur umum di Tiongkok, Hongkong, Macau, dan Taiwan.

        Upacara rebutan adalah suatu tradisi perayaan dari etnis Tionghoa yang dimana dalam tradisi tersebut terdapat sebuah acara untuk memberi makan arwah – arwah kelaparan yang telah dilupakan oleh anak dan cucu mereka, biasanya makanan – makanan ini ditumpuk menyerupai gunung dan mereka percaya bahwa arwah – arwah tersebut akan berebut mengambil makanan yang telah disediakan.

        Sincia adalah sebuah tradisi dari etnis Tionghoa dimana biasanya anggota – anggota keluarga besar berkumpul bersama disuatu tempat dan saling bercengkrama serta berbagi kebahagiaan yang telah mereka dapatkan selama tahun tersebut dan bersiap untuk menyambut suka cita di tahun yang akan datang, biasanya orang yang lebih muda akan memberikan suatu bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua dan orang yang lebih tua akan memberikan suatu bentuk hadiah berupa angpao berwarna merah yang melambangkan keberuntungan, kesejahteraan, kebahagiaan di tahun yang akan datang.

        Mai Song merupakan sebuah tradisi yang mengawali berjalannya ketiga tradisi ini. Ketiga tradisi tersebut dilakukan berurutan dalam satu tahun. Latar belakang dari pemilihan waktu pelaksanaan tradisi adalah para penganut agama Kong Hu Chu mempercayai bahwa satu tahun di dunia sama dengan satu hari di dunia akhirat. Ketiga tradisi tersebut dianggap ibarat jam makan pada manusia: Ceng Beng diibaratkan sebagai makan pagi, Rebutan diibaratkan sebagai makan siang, dan Sincia sebagai makan malam. Semua tradisi ini didasari dan diawali oleh tradisi Mai Song, dimana Mai Song merupakan awal mula orang Tionghoa melakukan tradisi-tradisi selanjutnya.

  1. Upacara Mai Song   

       Tradisi Mai Song biasanya dilakukan sebelum penguburan leluhur maupun tradisi dalam upacara-upacara kematian orang Tionghoa dimana sebagai kali terakhir melihat leluhur mereka. Kegiatan-kegitan yang dilakukan saat tradisi Mai Song tergantung pada agama atau kepercayaan yang dianut, seperti agama Kristen dimana dalam acara Mai Song hanyalah seperti tradisi kematian biasa (mirip dengan tradisi orang Barat), berbeda dengan kegiatan Mai Song bagi agama Kong Hu Chu maupun Buddha, dimana biasanya kegiatan Mai Song terdapat sembayangan bagi orang yang sudah meninggal, membakar persembahan-persembahan yang harus diganti secara rutin, dan juga tradisi ini biasanya dilakukan dengan cara dibakar, ataupun dibuang ke laut. Jika mayat itu dibakar, biasanya abu dari mayat tersebut dapat disimpan oleh keluarga yang bersangkutan dalam wadah tertentu dan terkadang diletakkan di gedung tertentu berisikan wadah-wadah abu. Jika di buang ke laut berarti bahwa keluarga mereka tidak bisa mengurus atau melanjutkan tradisi-tradisi terhadap abu orang mati tersebut ataupun orang yang meninggal tidak ingin keluarganya repot.

  1. Tata cara dan tahapan Mai Song

Dalam pelaksanaan Mai Song terdapat beberapa tata cara dan beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Pertama, mayat dimandikan dan jika orang tersebut masih berusia muda, maka dapat di make up dan diberi pakaian yang bagus. Selanjutnya, badan mayat tersebut dimasukkan kedalam peti dan penutupan peti ditunggu sampai anak-anak ataupun anak cucu mereka pulang dan berkumpul bersama sehingga dapat melihat wajah dari orang mati tersebut secara bersamaan sebagai satu keluarga. Penutup peti biasanya terbuat dari kaca supaya dapat melihat wajah dan badan akan orang mati tersebut. Kalau sudah melakukan penutupan peti, maka akan didempul dimana jika orang tersebut makin terkenal  dan berjasa, maka pelaksanaa Mai Song akan semakin lama (disemayamkan). Dalam pemilihan lamanya upacara penyemayaman atau Mai Song tersebut harus angka ganjil atau harinya harus ganjil dan biasanya ditentukan oleh Suhu atau Jaipo.

       Saat dilaksanakan Mai Song, para pengunjung akan menghibur dan saling mengurangi rasa sedih para kerabat dan keluarga yang di tinggalkan. Dalam tradisi Mai Song terdapat beberapa kepercayaan atau pelaksanaan upacara yang berbeda menurut agama masing-masing orang atau kepercayaan nenek moyang mereka dimana jika ia beragama Kong Hu Chu, maka dalam upacara penyemayamannya akan dimasukkan atau diberikan mutiara-mutiara berjumlah sebanyak 7 antara lain 2 di mata, hidung 2, mulut 1, telinga 2 yang bertujuan nanti saat mati bisa melihat saat kehidupan selanjutnya dan dapat memiliki seluruh panca indranya saat di kehidupan yang baru. Kepercayaan Kong Hu Chu yaitu keluarga orang yang di semayamkan tidak boleh membawa logam masuk ke peti orang yang di semayamkan agar tidak terkena petir saat sudah di kubur nanti.

       Sedangkan jika pelaksanaan tradisi Mai Song bagi orang Tionghoa yang beragama Kristen, dalam upacaranya tidak ada upacara-upacara yang khusus seperti dalam kepercayaan agama Kong Hu Chu, dalam agama Kristen upacara Mai Song hanya berisikan penyemayaman dan pembacaan doa serta pidato terimakasih kepada para pengunjung dari kerabat orang yang di semayamkan, dan para pengunjung juga akan berbincang kepada para kerabat orang mati tersebut yang bertujuan untuk mengurangi rasa sedih dan menyemangati mereka supaya dapat menjalankan hidup dengan lancar tanpa hambatan.

DISKUSI


TERBARU


Rek Ayo Rek

Oleh Annisatyas | 19 Apr 2024.
Seni

Lagu Rek Ayo Rek adalah salah satu lagu asli Surabaya. Lagu ini diciptakan dengan bahasa khas "Suroboyo-an" oleh Is Haryanto. Rek Ayo Rek j...

Simpa Odja

Oleh Andi Redo | 05 Apr 2024.
Ornamen

Simpa Odja adalah ornamen wajib dalam setiap upacara di Kerajaan Gowa Tallo. Ornamen ini terdiri dari dua perangkat yang disatukan yaitu "Simpa&...

Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

Na Nialhotan (D...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dali Nihorbo atau di Pulau Samosir disebut dengan Na Nialhotan. Dibuat dari susu kerbau yang dimasak dengan garam dan bahan pengental. Ada 3 pilihan...

Pulurpulur

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Pulurpulur Resep khas Simalungun yang bentuknya seperti bola dan disiram saus. Isinya terbuat dari cincang jantung pisang, daun bawang, bawang Batak,...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...