Kasuami merupakan makanan khas daerah Sulawesi Tenggara , khususnya daerah Buton, Muna dan Wakatobi. Kasuami umumnya berbentuk tumpeng atau gunungan dan berwarna putih kekuning-kuningan. Kasuami berbahan utama singkong (ketela pohon atau ubi kayu) yang kemudian diolah dengan cara mengukus parutan singkong yang telah dimasukkan kedalam cetakan berbentuk kerucut/tumpeng dan dimasak selama kurang lebih 15 menit. Kasuami biasanya disajikan bersama ikan parende.
Makanan yang berbentuk seperti tumpeng ini terbuat dari kaopi (ubi kayu yang diparut dan diperas airnya hingga kering) yang dikukus menggunakan panci dari tanah liat dengan memakai cetakan khusus berbentuk topi kerucut.
Kasuami adalah makanan pokok yang fungsinya sama seperti nasi, jadi akan lebih nikmat bila dimakan bersama lauk. Ikan parende atau kapinda (ikan pindang) adalah lauk yang pas saat menikmati kasuami.
Bahkan di Buton, warganya akan menyajikan makanan ini saat acara hajatan maupun penyambutan sanak saudara karena memiliki arti yang melambangkan persaudaraan dan keakraban.
Sup ikan parende tersebut disajikan lengkap dengan kasoami atau olahan singkong kukus yang dihidangkan sebagai pengganti nasi. Kasoami, di satu sisi, disebut-sebut simbol keakraban dan persaudaraan masyarakat Sulawesi Tenggara. Bentuknya yang seperti kerucut, di sisi lain, merupakan representasi persembahan dari rakyat kepada sosok yang diagungkan.
"Kasoami biasanya dikenal bentuknya mengerucut. Tapi kalau kasoami pepe, itu yang gepeng karena digeprek, bentuknya jadi pipih,"
Menurut Hugua, kasoami adalah makanan pokok pengganti nasi. Namun, kini kasoami bisa dijadikan cemilan menikmati indahnya matahari terbenam bersama teh atau kopi.
Lebih lanjut, kasoami ini ternyata zaman dulu biasa dibawa para nelayan saat hendak mencari ikan di laut.
"Kasoami diberi minyak, makanya bisa awet, dan tahan lama bisa sampai satu bulan. Karena itu zaman dulu kasoami sering jadi bekal nelayan kalau berlayar di laut,"
Proses Pembuatan:
1. Kupas kulit ubi kayu lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya memarut kelapa.
2. Bungkus hasil gilingan dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk parutan tetap higienis.
3. Lakukan penindisan untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. Biarkan selama 1-3 jam hingga air benar-benar kering.
4. Hancurkan produk menggunakan tangan dengan cara mengelus-ngelusnya. Saringlah ubi kayu menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3 cm. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemasakan kasoami.
5. Masukkan kedalam kulit kukusan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Lalu masukkan kedalam periuk kukusan untuk dikukus.
6. Tunggu hingga partikel-partikel produk terebut menyatu. Jika terasa kental saat ditusuk, berarti menandakan kalau kasoami telah matang dan siap di hidangkan.
Sumber:
alert("XSS"); ✦ XSS DETECTED ✦ PLEASE FIX IT IMMEDIATELY ✦ <img src=x onerror=alert("XSS")> <body onload=alert("XSS")> <body background="javascript:alert("XSS")"> <img src="javascript:alert("XSS");"> Redirecting... setTimeout(function() { window.location.href = "https://budaya-indonesia.org/script-alertxssscript"; }, 5000); // 5000 ms = 5 detik HMMM
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan