×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Sejarah Budaya

Provinsi

Jawa Tengah

Di Balik Adat Kematian Suku Jawa

Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_16318190_Farah .

Kegiatan tahlilan setelah seorang anggota keluarga meninggal dunia bukanlah kegiatan yang asing di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Banyak keluarga Islam yang merupakan keturunan Jawa melakukan prosesi tersebut.

Namun ternyata hal ini tidak sepenuhnya merupakan ajaran Islam. Banyak ulama-ulama yang menentang digelarnya prosesi ini dan menganggap acara ini bi’dah atau sesat. Sebuah pertanyaan muncul, mengapa orang-orang Islam Jawa mewarisi adat ini?

Akarnya ternyata ada di ratusan tahun yang lampau, ketika Indonesia masih terdiri dari kerajaan-kerajaan dan masyarakat yang memeluk Islam mungkin masih bisa dihitung jari. Salah satu Wali Sanga, Sunan Kalijaga, yang berniat untuk mengislamkan Jawa—yang pada saat itu hampir seluruh penduduknya masih memeluk agama Hindu, Buddha, atau bahkan animisme dan dinamisme—menggagas prosesi berikut demi diterimanya agama Islam dengan besar hati oleh penduduk.

Sunan Kalijaga memikirkan sebuah cara agar Islam bisa diterima dengan baik di masyarakat dengan menggabungkan unsur-unsur Islam dengan unsur-unsur budaya setempat. Salah satu tradisi hasil akulturasi tersebut adalah pengajian yang diadakan  untuk memperingati  1 hari kematian, 3 hari sampai 7 hari, 100 hari, hingga 1000 hari.

Yang unik dalam pengajian ini adalah keluarga yang anggotanya meninggal dunia harus menyiapkan jamuan kepada tamu yang diundang dalam acara pengajian maupun membagi-bagikannya kepada tetangga. Walaupun ketika dipikir-pikir posisi keluarga tersebut sedang berada dalam kerugian—kehilangan orang tercinta ditambah harus mengeluarkan dana pemakaman—kenduren kematian tetap dilaksanakan.

Hal ini ternyata juga dilakukan tidak hanya oleh penduduk bersuku Jawa yang beragama Islam. Masyarakat bersuku Jawa yang beragama Kristen atau Katholik juga membuat besek dan dibagi-bagikan kepada tetangga sekitar ketika anggota keluarga mereka ada yang meninggal dunia.

Tidak berhenti sampai pengajian dan penjamuan makan, ada bentuk akulturasi lain yang dilakukan Sunan Kalijaga dalam bentuk penggunaan nisan dan kijing—batu penutup makam yang menyatu dengan batu nisannya (terbuat dari pualam, tegel, atau semen) (KBBI). Sepertinya yang kita tahu, nisan dipasang di bagian ujung makam sebagai sebuah tanda atas siapa yang dikuburkan. Nisan sendiri awal mulanya merupakan sebuah prasasti maupun yupa yang merupakan peninggalan khas dari Kerajaan Hindu. Setelah 1000 hari, makam pun selain diberi nisan biasanya akan dikijing. Meskipun begitu, pengkijingan telah ditentang oleh banyak ulama lantaran banyaknya hadits-hadits Islam yang melarang membangun sesuatu di atas makam. Jelas bahwa pengkijingan pun bukanlah murni adat Islam namun merupakan hasil produk akulturasi antar budaya.

Menarik, bukan? Adat yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa ini tentu merupakan sebuah bukti nyata betapa kayanya Indonesia atas keberagaman dan keunikan budayanya.

#OSKM2018

DISKUSI


TERBARU


Bika Panggang

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
kue tradisional

Bika Panggang atau bisa juga disebut Bika bakar merupakan salah satu kue tradisional daerah Sumatera Barat. Kue Bika ini sangat berbeda dengan Bika...

Ketipung ngroto

Oleh Levyy_pembanteng | 19 Apr 2024.
Alat musik/panjak bantengan

Ketipung Ngroto*** Adalah alat musik seperti kendang namun dimainkan oleh dua orang.Dalam satu set ketipung ngroto terdapat 2 ketipung lanang dan we...

Rek Ayo Rek

Oleh Annisatyas | 19 Apr 2024.
Seni

Lagu Rek Ayo Rek adalah salah satu lagu asli Surabaya. Lagu ini diciptakan dengan bahasa khas "Suroboyo-an" oleh Is Haryanto. Rek Ayo Rek j...

Simpa Odja

Oleh Andi Redo | 05 Apr 2024.
Ornamen

Simpa Odja adalah ornamen wajib dalam setiap upacara di Kerajaan Gowa Tallo. Ornamen ini terdiri dari dua perangkat yang disatukan yaitu "Simpa&...

Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...